Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China (PLAN) telah menguji senjata rel elektromagnetik baru yang mampu meluncurkan bom pintar. Menurut laporan, senjata tersebut meluncurkan bom sejauh 9 mil (15 km) ke stratosfer dengan kecepatan Mach 5+.
Namun, menjurut Interesting Engineering, pengujian tersebut menemukan beberapa masalah seputar stabilitas proyektil yang membuat bom tersebut melenceng dari sasaran. PLAN sekarang akan melakukan lebih banyak penelitian dan pengembangan untuk memperbaiki masalah ini.
Menurut South China Morning Post (SCMP), proyektil bom pintar pada senjata rel ini dilengkapi sepasang sayap yang dapat meluncur untuk meluncur ke bawah. Sayap ini memungkinkan bom, secara teori, mengikuti kurva yang landai dan mencapai target sekitar 3 menit setelah diluncurkan.
Tetapi ada yang tidak beres selama uji tembak tersebut, dan bom yang ditembakkan meleset dari sasaran yang diharapkan.
“Proyektil tidak mengikuti lintasan yang diharapkan, dan jangkauan serta ketinggian maksimum tidak memenuhi nilai desain,” kata tim Universitas Teknik Angkatan Laut yang dipimpin oleh Lu Junyong dalam makalah tinjauan sejawat yang diterbitkan oleh jurnal akademik Transactions of China Electrotechnical Society .
Tim Lu menemukan bahwa bom pintar tersebut berputar terlalu cepat selama pendakiannya, yang tampaknya menyebabkan bom tersebut miring secara tidak terduga. Dengan menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI), Lu dan rekan-rekannya mengidentifikasi apa yang mereka yakini sebagai penyebab kegagalan tersebut.
Mereka juga mampu menemukan solusi untuk mengatasi kendala teknis yang menghambat penerapan praktis railgun.
Berdasarkan data sensor mekanis dari pengujian tersebut, proyektil mengalami percepatan sekitar 35 kali gaya gravitasi selama sekitar 5 detik setelah diluncurkan. Hal ini, klaim para peneliti, menegaskan bahwa kecepatannya melampaui hiperkecepatan, atau Mach 5.
Tidak ada rincian yang diberikan mengenai waktu dan lokasi tes tersebut, namun SCMP melaporkan bahwa kemungkinan besar hal tersebut terjadi sebelum Agustus 2023, ketika makalah tersebut diserahkan ke jurnal.
Kecepatan dan jangkauan bom hipersonik yang dipandu meluncur juga tidak diungkapkan, namun para ilmuwan angkatan laut telah menguraikan ambisi untuk mencapai 124 mil (200 km) pada kecepatan Mach 7 dalam makalah baru-baru ini.
Menurut SCMP, tim peneliti menemukan bahwa masalah tersebut tampaknya berasal dari “pengunci kecepatan rotasi”. Fenomena ini tidak terlihat pada terowongan angin dan pemodelan komputer, sehingga diperkirakan tidak akan menjadi masalah sebelum pengujian dilakukan.
Rotasi menstabilkan lintasan peluru, namun frekuensinya akan berkurang dengan cepat seiring dengan meningkatnya kecepatan terbang. Jika tidak, hulu ledak dapat miring ke atas, menimbulkan lebih banyak hambatan dan berpotensi mempengaruhi kecepatan dan arah penerbangan.
KOMENTAR ANDA