post image
Foto: Simple Flying
KOMENTAR

Sebuah Boeing 777-200 yang dioperasikan Air France, dengan registrasi F-GSPE dan nomor penerbangan AF-21, yang berangkat dari Los Angeles, Amerika Serikat, menuju Bandaraa Charles de Gaulle di Paris, Prancis, mengalami keadaan darurat pada Kamis (9/5) lalu.

Ketika itu pesawat berada sekitar 120 NM barat laut Montreal, Kanada. Kru menyatakan keadaan darurat karena asap di kokpit dan memutuskan untuk mengalihkan ke Montreal.

Pesawat mendarat dengan selamat di Montreal sekitar 25 menit setelah keadaan darurat diumumkan, dan tidak ada korban luka yang dilaporkan.

Menurut laporan The Aviation Herald, sebagaimana dikutip Simple Flying, pengalihan tersebut didasarkan pada prosedur pabrikan, instruksi perusahaan, dan prinsip kehati-hatian. Pesawat mendarat di Montreal pada pukul 22.13 waktu setempat dengan kehadiran petugas pemadam kebakaran, mengikuti semua prosedur yang diperlukan.

Seorang penumpang menyebutkan bahwa kabin menjadi gelap beberapa jam setelah penerbangan, sehingga mendorong kru untuk menyelidiki masalah tersebut. Pilot kemudian memberi tahu penumpang bahwa pesawat akan dialihkan ke Montreal.

Selanjutnya, sisa penerbangan dibatalkan, dan penumpang mendapatkan penerbangan alternatif.

Setelah kejadian tersebut, pesawat tetap dilarang terbang di Montreal selama kurang lebih 62 jam sebelum dditerbangkan ke Paris dan melanjutkan layanan regulernya.

Simple Flying menghubungi pihak maskapai, namun belum mendapatkan penjelasan.

Harus ditangani segera

Asap di dalam kabin dapat mengindikasikan banyak potensi masalah, mulai dari baterai yang terlalu panas hingga makanan yang gosong di dalam oven. Tapi itu juga bisa mengindikasikan kebakaran yang sebenarnya.

Keadaan darurat yang jarang terjadi ini pernah dialami MD-11 denngan nomor registrasi 48448 yang dioperasikan Swissair dengan nomor penerbangan 111. Pada tanggal 2 September 1998, Swissair yang dalam perjalanan dari Bandara Internasional John F. Kennedy di New York, Amerika Serikat ke Bandara Internasional Cointrin di Jenewa, Swiss, mengalami kebakaran di dalam pesawat.

Penerbangan yang dipimpin Kapten Urs Zimmermann dan Kopilot Stefan Loew membawa 215 penumpang dan 14 awak pesawat. Kapten Zimmermann sendiri merupakan instruktur penerbang utama untuk MD-11 di Swissair.

Swissair 111 take off dari Bandara John F. Kennedy pada pukul 20.18 waktu setempat. Pada pukul 22.10 di ketinggian 33.000 kaki, Kapten Zimermann dan Kopilot Loew mencium bau asap.

Awalnya  diperkirakan bau asap tersebut berasal dari sistem pendingin udara. Zimmermann meminta salah seorang awak kabin untuk menutup saluran pendingin udara. Namun asap tidak berhenti, dan mereka menyadari ada kebakaran yang berasal dari kabel.

Kepada pengontrol lalu lintas udara yang menangani perjalanan pesawat dari darat, Zimmermann minta izin untuk mendarat darurat di Bandara Internasional Logal, Boston, sekitar 560 km.

Namun pengontrol lalu lintas udara menawarkan bandara yang lebih dekat, yaitu Bandara Halifax di Nova Scotia, Kanada, hanya berjarak 104 km.

Kopilot Loew ditugaskan mendaratkan Swissair 111, sementara Kapten Zimmermann memeriksa checklist untuk situasi asap di kokpit.

Kapten Zimmermann perlu waktu 20 menit untuk menyelesaikan checklist tersebut, dan hal ini kemudian menjadi salah satu sumber kontroversi dalam penyelidikan kecelakaan.

Dari rekaman pembicaraan di kokpit, diperoleh informasi bahwa pilot dan kopilot memberitahau ATC pesawat mereka perlu membuang bahan bakar. Lalau mereka mematikan listrik di kabin, yang juga mematikan kipas sirkulasi seperti dalam daftar periksa.

Tetapi, ini menyebabkan asap kabin memasuki kokpit dan merusak sistem instrumen pengendali pesawat. Kopilot lalu mengumumkan keadaan darurat dan berusaha mengontrol pesawat itu sendirian. Kapten Zimermann yang berusaha memadamkan api dalam kokpit tidak pernah kembali ke kursinya.

Pesawat menukik tajam dan akhirnya menghantam Samudera Atlantik.

Kejadian yang dialami Swissair 111 melahirkan satu protokol khusus dalam penerbangan. Setiap kali asap terdeteksi, pimpinan penerbangan diwajibkan mendaratkan pesawat di bandara terdekat.

Peristiwa yang melibatkan laporan adanya asap di dalam pesawat, baik oleh detektor atau laporan yang disampaikan oleh awak kapal dan penumpang, lebih sering terjadi daripada yang diperkirakan banyak orang. Ada beberapa di antaranya setiap tahun.

Sejak 1 Januari 2024, sebelum kejadian yang dialami Air France AF-21, setidaknya ada tiga kejadian yang dicatat Simple Flying. Pada 6 Januari United 777-200 mengalami kebakaran ponsel dalam perjalanan ke Paris pada 6 Januari. Lalu pada 5 Februari, United Airlines Boeing 777 mendarat di Hong Kong, dan pada 21 April United 787-9 melakukan pendaratan darurat di LA.


Japan Airlines tanda tangani kontrak A350 Virtual Procedure Trainer

Sebelumnya

ICAO: Keamanan Penerbangan Indonesia Di Atas Rata-rata Dunia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel AviaNews