post image
Berbagai pemberitaan menyebut ini Bell 212 yang membawa Presiden Raisi saat meninggalkan perbatasan menuju Kota Tabriz, Minggu (19/5). Namun bila dibandingkan dengan bagian ekor bangkai helikopter yang ditemukan tampak perbedaan mencolok.
KOMENTAR

Komite khusus yang dibentuk untuk menginvestigasi kecelakaan helikopter Presien Iran Ebrahim Raisi hari Minggu lalu (19/5) tidak menemukan tanda-tanda sabotase. Setidaknya belum.

Menurut Staf Umum Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran dalam laporan Kamis kemarin (23/5) penerbangan helikopter Bell 212 yang ditumpangi Raisi bersama sejumlah pejabat  sudah sesuai rute dan tidak menyimpang.
“Tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan bahwa helikopter itu ditembak jatuh atau diserang. Helikopter Presiden terbakar saat jatuh ke perbukitan,” bunyi pernyataan resmi itu seperti dikutip dari Al Mayadeen.

Selain Presiden Raisi, Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian dan sejumlah pejabat lain ikut dalam penerbangan itu. Presiden Raisi dalam perjalanan ke kota Tabriz setelah meresmikan bendungan yang dibangun bersama Azerbaijan di perbatasan kedua negara.

Helikoper dengan nomor registrasi 1136 itu terbang dalam konvoi saat meninggalkan perbatasan Iran dan Azerbaijan. Pilot helikopter yang membawa Presiden Raisi sempat melakukan komunikasi dengan dua pilot lainnya sebelum menghilang. Informasi masih lain mengatakan, helikopter Presiden Raisi hilang dari pandangan kedua helikopter lain tak lama setelah tinggal landas.

Kantor Berita IRNA sempat melaporkan, salah seorang penumpang di dalam helikopter itu, Ayatollah Mohammad Ali Al-e Hashem, masih hidup hingga satu jam setelah kecelakaan. Imam masjid di Tabriz itu sempat menghubungi kantor Presiden Iran untuk mengabarkan kecelakaan. Imam Ali disebutkan berbicara dengan Kepala Kantor Kepresidenan Gholam-Hossein Esmaeili.

Helikopter Presiden Raisi jatuh di hutan Dizmar di Provinsi Azerbaijan Timur, Iran. Kabut dan medan yang sulit membuat proses evakuasi berlangsung sekitar 18 jam.


Kini Garuda Indonesia Dipimpin Wamildan Tsani

Sebelumnya

Prediksi Airbus: Asia-Pasifik Butuh 19.500 Pesawat Baru Tahun 2043

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel AviaNews