post image
Presiden Joko Widodo dan Presiden Xi Jinping dalam sebuah kesempatan.
KOMENTAR

Indonesia tengah giat mempromosikan hubungan yang semakin baik dengan Republik Rakyat China (RRC). Namun ujian sesungguhnya bagi hubungan kedua negara adalah dinamika di Laut China Selatan.

Demikian antara lain disampaikan Luo Yongkun, Wakil Direktur Kajian Asia Tenggara dan Oseania di Institut Hubungan Internasional Kontemporer Tiongkok, seperti dikutip dari South China Morning Post.

Jabawan atas pertanyaan apakah Jakarta dapat mempertahankan persahabatan dengan Beijing di tengah “perubahan geopolitik yang dramatis” membutuhkan “kebijaksanaan politik yang luar biasa”,

“AS dengan penuh semangat mempromosikan “strategi Indo-Pasifik” dan membujuk negara-negara Asia Tenggara untuk berada satu kelompok dengannya. Namun, Indonesia belum bergabung dengan “kubu anti-Tiongkok” yang dibentuk AS dan justru dengan penuh semangat mempromosikan hubungan dengan Tiongkok,” kata Luo yang pernah dinobatkan sebagai "Sahabat Presiden Indonesia" pada tahun 2010.

Selama satu dekade masa jabatannya, Presiden Joko Widodo telah memperkuat hubungan dengan Tiongkok, dan kerja sama ekonomi bilateral mencapai tingkat yang lebih tinggi. Mekanisme dialog “2+2” untuk menteri luar negeri dan menteri pertahanan kedua negara disepakati pada bulan Oktober.

Indonesia bukan salah satu pihak yang mengklaim Laut Cina Selatan, kata Luo, namun Jakarta dan Beijing menghadapi “sengketa penetapan batas maritim”.

Zona ekonomi eksklusif Indonesia di Laut Natuna Utara termasuk dalam “sembilan garis putus-putus” Tiongkok yang merupakan klaim teritorial Beijing atas jalur perairan tersebut.

Luo mencatat bahwa dalam konteks saat ini, jika konflik pecah di Laut China Selatan, hubungan Tiongkok-Indonesia, hubungan Tiongkok-ASEAN, dan tatanan regional yang berpusat pada ASEAN akan menghadapi ujian berat.

Atau memicu perubahan dalam struktur geopolitik regional yang tidak menjadi kepentingan semua pihak di kawasan.

Luo menyimpulkan “penting” bagi Tiongkok dan Indonesia untuk memimpin negara-negara regional dalam memperkuat kerja sama dan bersama-sama menangani perselisihan mengenai Laut China Selatan.


Pemburu Yahudi

Sebelumnya

Teguh Santosa: Pernyataan Bersama RI dan RRC Tidak Membahayakan Kedaulatan Indonesia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Global Politics