post image
Turkish Airlines/Simple Flying
KOMENTAR

Setelah Singapore Airlines dan Qatar Airlines, giliran Turkish Airlines mengalami turbulensi yang keras dalam penerbangan.

Airbus A321 milik Turkish Airlines dengan nomor penerbangan TK2320 yang berangkat dari Istanbul menuju Izmir mengalami turbulensi cukup parah sehingga seorang pramugari terluka. Ia terhempas ke langit-langit kabin.

Menurut laporan Hurriyet Daily News, pesawat diguncang turbulensi mendadak tak lama setelah pilot menyalakan tanda untuk memasang sabuk pengaman.

Rute TK2320 ini tergolong singkat, kurang dari satu jam.

Pada tanggal 21 Mei, penerbangan Singapore Airlines dari London Heathrow ke Bandara Changi Singapura diguncang oleh turbulensi mendadak selama layanan sarapan, sehingga banyak penumpang dan awak pesawat terluka parah. Boeing 777 terpaksa dialihkan ke Bangkok untuk pendaratan darurat.

Sayangnya, satu penumpang kehilangan nyawa, sementara beberapa lainnya harus dirawat di rumah sakit dalam kondisi kritis. Bahkan mengakibatkan Singapore Airlines mengubah kebijakannya, menangguhkan layanan minuman panas dan makanan saat tanda sabuk pengaman menyala.

Pada tanggal 26 Mei, pesawat Qatar Airways Boeing 787 yang mengoperasikan penerbangan QR017 dari Doha ke Dublin menghadapi turbulensi parah di wilayah udara Turki, melukai 12 orang, termasuk enam awak kabin. Setelah mendarat, pesawat tersebut disambut oleh layanan darurat, termasuk polisi bandara dan departemen pemadam kebakaran dan penyelamatan.

Menurut FL360aero, penerbangan Turkish Airlines lainnya dari Istanbul ke Iğdır, yang dioperasikan oleh Airbus A319, harus dialihkan ke Bandara Erzurum setelah rusak akibat hujan es yang parah. Ini adalah penerbangan ketiga dalam 48 jam yang terkena dampak turbulensi di wilayah udara Turki.

Turbulensi adalah kejadian sehari-hari pada penerbangan komersial di seluruh dunia. Sebagian besar insiden tidak membahayakan penumpang atau pesawat, namun sesekali, muncul kasus yang parah, seperti insiden Singapore Airlines, yang membawa fokus kembali pada masalah ini.

Banyak ahli juga menyatakan bahwa meningkatnya kasus turbulensi parah mungkin disebabkan oleh perubahan iklim dan peningkatan suhu dapat meningkatkan frekuensi kejadian tersebut.


Kini Garuda Indonesia Dipimpin Wamildan Tsani

Sebelumnya

Prediksi Airbus: Asia-Pasifik Butuh 19.500 Pesawat Baru Tahun 2043

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel AviaNews