post image
KOMENTAR

Airbus dan PT Pertamina (Persero) menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) untuk meluncurkan sebuah studi penjajakan peluang pengembangan ekosistem bahan bakar penerbangan berkelanjutan (sustainable aviation fuel/SAF) di Indonesia.

Kesepakatan ini merupakan fondasi dari kolaborasi Airbus dan Pertamina untuk mempelajari berbagai bahan baku dalam negeri untuk mendorong perkembangan SAF di Indonesia. Kedua pihak akan memetakan bahan baku yang ada di negara ini dan memeriksa kebutuhan logistik serta peluang pengembangan komersialnya. Hasil studi ini akan mendukung pengembangan dan produksi SAF dalam negeri sesuai dengan syarat-syarat ICAO-CORSIA dan EU RED2.

Sebagai bentuk dukungan terhadap Peta Jalan Nasional Pengembangan SAF di Indonesia, Airbus dan Pertamina akan berkontribusi pada pengembangan kemampuan di dalam negeri, menyiapkan ekosistem dalam negeri untuk dapat menangani penggunaan dan sertifikasi SAF.

“SAF adalah suatu langkah esensial menuju dekarbonisasi industri penerbangan dan Airbus berkomitmen penuh untuk meningkatkan pengembangan dan pengadopsiannya. Indonesia menawarkan potensi yang signifikan dalam hal penyediaan sumber bahan baku SAF yang disetujui oleh CORSIA dan kami menyambut baik pengumuman peta jalan SAF Indonesia. Kami sangat senang dapat bekerja sama dengan Pertamina untuk menjajaki dan mendukung potensi pengembangan industri SAF dalam negeri di Indonesia,” urai Julie Kitcher, Airbus Chief Sustainability Officer.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menambahkan, “Pertamina berperan aktif dalam membangun ekosistem yang ramah lingkungan. Melalui pengembangan bahan bakar hijau, Pertamina bertekad menjalankan mandat ketahanan dan kedaulatan energi Indonesia.”

Kerja sama ini merupakan langkah strategis dalam mendukung komitmen Pertamina terhadap transisi energi berkelanjutan dan dekarbonisasi sektor penerbangan. Kemitraan dengan Airbus diharapkan dapat meningkatkan kemampuan Pertamina dalam melakukan terobosan inovasi dan pengembangan ekosistem di industri Sustainable Aviation Fuel (SAF). Bersama Airbus, kami akan fokus pada pengembangan SAF yang diharapkan dapat mendukung upaya dalam mengurangi emisi karbon,” sambungnya menguraikan.

Indonesia diproyeksikan sebagai salah satu pasar dengan pertumbuhan tertinggi di dunia pada sektor industri penerbangan, dengan perkiraan pertumbuhan lalu lintas penumpang sekitar 7,4% per tahun. Angka ini lebih dari dua kali lipat dari rata-rata pertumbuhan global yakni sebesar 3,6 persen. Selain itu, Indonesia juga menawarkan potensi yang besar sebagai sumber bahan baku untuk SAF, dengan potensi sumber yang menjanjikan seperti minyak goreng bekas, residu pertanian, dan sampah kota.

Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, dan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah meluncurkan Peta Jalan SAF Indonesia.

Sebagai faktor pendorong utama dalam upaya menuju dekarbonisasi industri penerbangan, SAF memungkinkan pengurangan emisi karbon hingga rata-rata 80 persen selama siklus hidupnya dibandingkan dengan bahan bakar fosil, mulai dari produksi hingga penggunaan akhir. Kini, semua pesawat Airbus dapat beroperasi dengan 50 persen SAF.

Airbus menargetkan agar semua pesawatnya dapat beroperasi dengan 100 persen SAF pada tahun 2030.

 


Kini Garuda Indonesia Dipimpin Wamildan Tsani

Sebelumnya

Prediksi Airbus: Asia-Pasifik Butuh 19.500 Pesawat Baru Tahun 2043

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel AviaNews