post image
KOMENTAR

Maskapai penerbangan dalam negeri, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) mencatat kerugian bersih sebesar 101,65 juta dolar AS atau setara Rp 1,5 triliun pada semester pertama tahun 2024.

Angka ini meningkat 32,88 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kondisi ini juga menyebabkan kerugian per saham dasar GIAA mencapai 0,00111 dolar AS, atau sekitar Rp18,20 per saham.

Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis pada Senin (30/9), meskipun pendapatan usaha Garuda Indonesia mengalami kenaikan 18,26 persen secara tahunan (yoy) menjadi 1,62 miliar dolar atau setara Rp 26,5 triliun, namun berbagai beban operasional, pemeliharaan, serta biaya kebandaraan yang meningkat membuat perusahaan gagal mencatatkan margin bersih.

Secara operasional, maskapai penerbangan pelat merah ini membukukan kerugian sebelum pajak sebesar 112,95 juta dolar AS, dengan total kerugian selama periode berjalan mencapai 100,35 juta dolar AS.

Kondisi ini semakin menambah defisit yang tercatat dalam neraca keuangan perusahaan, dengan ekuitas yang mengalami defisiensi modal hingga mencapai 1,38 miliar dolar AS.

Pada akhir Juni 2024, total aset Garuda Indonesia tercatat sebesar 6,54 miliar Dolar AS, sementara total utang perusahaan mencapai 7,93 miliar dolar AS.

Meskipun demikian, perusahaan tercatat masih memiliki cadangan kas dan setara kas sebesar 229,11 juta dolar AS pada akhir paruh pertama tahun ini.


Kini Garuda Indonesia Dipimpin Wamildan Tsani

Sebelumnya

Prediksi Airbus: Asia-Pasifik Butuh 19.500 Pesawat Baru Tahun 2043

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel AviaNews