post image
KOMENTAR

Pemerintah Pakistan merogoh kocek lebih dalam untuk mengamankan kepentingan komersial Tiongkok di negara itu. Rapat Komite Koordinasi Ekonomi (ECC) Kabinet yang diketuai Menteri Keuangan Muhammad Aurangzeb setuju untuk menambah anggaran sebesar 45 miliar rupee yang akan digelontorkan kepada Angkatan Bersenjata Pakistan. 

Dari angka itu sebesar 35,4 miliar rupee akan dialokasikan untuk Angkatan Darat, dan 9,5 miliar rupee untuk Angkatan Laut. Dana ini merupakan bagian dari hibah tambahan teknis untuk proyek layanan pertahanan yang telah disetujui sebelumnya untuk tahun fiskal berjalan.

The Balochistan Post melaporkan, alokasi anggaran ini menandai hibah tambahan signifikan kedua untuk angkatan bersenjata sejak anggaran federal disetujui pada bulan Juni. Sebelumnya, ECC telah mengalokasikan 60 miliar rupee untuk “Operasi Azm-e-Istehkam.”

Hibah tambahan ini merupakan tambahan untuk anggaran pertahanan sebesar 2,127 triliun rupee.

Selain itu ECC juga menyetujui tambahan 16 miliar rupe untuk Divisi Keamanan Khusus Selatan, yang bertanggung jawab untuk menjaga Koridor Ekonomi Tiongkok-Pakistan (CPEC).

Diluncurkan pada tahun 2015, CPEC merupakan bagian dari Belt and Road Initiative atau Prakarsa Sabuk dan Jalan yang dikembangkan Tiongkok. Dengan meningkatnya tantangan keamanan, termasuk serangan bersenjata, Tiongkok telah mendesak Pakistan untuk menandatangani perjanjian kerja sama antiterorisme untuk mengatasi situasi tersebut.

Tiongkok juga telah mengusulkan pembentukan perusahaan keamanan bersama untuk memastikan keselamatan warganya yang saat ini bekerja di Pakistan dan mereka yang akan terlibat dalam fase-fase CPEC mendatang. Selain itu, Tiongkok telah menyarankan penyertaan peralatan keamanan bergerak dan pengembangan proyek yang melibatkan kendaraan pelindung balistik.

Oposisi Baloch dan Perlawanan Bersenjata

CPEC menghadapi kritik dari kelompok politik Baloch, yang berpendapat bahwa proyek tersebut mengeksploitasi sumber daya lokal tanpa memberikan manfaat bagi penduduk asli.

Kelompok-kelompok ini mengklaim bahwa pembangunan tersebut telah mengganggu kehidupan penduduk Baloch, merampas kebutuhan penting mereka seperti perawatan kesehatan, pendidikan, dan akses ke air bersih. Menurut para kritikus, CPEC tidak dilihat sebagai proyek pembangunan ekonomi, tetapi sebagai "usaha militer dan kekaisaran" yang bertujuan untuk memperluas pengaruh regional Tiongkok.

Sementara itu, kelompok bersenjata "pro-kemerdekaan" Baloch telah menyerukan diakhirinya investasi Pakistan-Tiongkok, memandang proyek bernilai miliaran dolar itu sebagai bentuk "kolonialisme." Kelompok-kelompok ini telah memperingatkan pemerintah Pakistan dan Tiongkok untuk menghentikan investasi CPEC di Gwadar dan wilayah lain di Balochistan.

Tentara Pembebasan Baloch (BLA), salah satu kelompok bersenjata yang paling menonjol, melancarkan kampanye militer melawan kepentingan Tiongkok, membentuk Brigade Majeed, unit khusus yang bertugas melakukan serangan taktis dan berprofil tinggi terhadap warga negara Tiongkok dan proyek-proyek CPEC di Gwadar.

Brigade Majeed kemudian memulai “Operasi Zirpahazag” (Operasi Perlindungan Laut) untuk melawan apa yang mereka gambarkan sebagai “pendudukan dan eksploitasi pesisir Baloch.”

Sejak 2018, unit elit BLA telah melakukan beberapa serangan terhadap kepentingan Tiongkok. Pada 11 Agustus 2018, sebuah bus yang membawa insinyur Tiongkok menjadi sasaran di Dalbandin, Balochistan. Kemudian pada tahun itu, kelompok tersebut menyerang konsulat Tiongkok di Karachi, diikuti dengan serangan terhadap Hotel Pearl Continental di Gwadar pada 11 Mei 2019.

Pada tahun 2021, sebuah konvoi insinyur Tiongkok diserang di Gwadar, diikuti oleh serangan mematikan terhadap warga negara Tiongkok di Universitas Karachi pada April 2022. Serangan terakhir dilakukan oleh Shari Baloch, “Fidayee (pengorbanan diri)” perempuan pertama dari BLA.

Baru-baru ini, pada 13 Agustus 2023, Brigade Majeed menyerang konvoi yang mengangkut teknisi Tiongkok di Gwadar. Pada Maret 2024, mereka melancarkan serangan lain yang menargetkan badan intelijen Pakistan di kompleks GDA di Gwadar, zona yang sangat aman.

Akhir bulan itu, Brigade Majeed juga menargetkan pangkalan udara angkatan laut terbesar kedua Pakistan, PNS Siddique, di Turbat, situs strategis yang menampung pesawat nirawak Tiongkok. BLA menyatakan ini sebagai fase kelima dari "Operasi Zirpahazag" dan mengeluarkan peringatan kepada Tiongkok, mengancam akan melakukan serangan lebih parah kecuali jika Tiongkok menghentikan keterlibatannya dalam apa yang mereka gambarkan sebagai "kegiatan eksploitatif" dan dukungan terhadap militer Pakistan di Balochistan.


Pemburu Yahudi

Sebelumnya

Teguh Santosa: Pernyataan Bersama RI dan RRC Tidak Membahayakan Kedaulatan Indonesia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Global Politics