ZHUHAI adalah nama sebuah kota di China yang tidak seterkenal Beijing dan atau Shanghai. Kota Zhuhai berlokasi di Pantai Proninsi Guangdong, terletak di delta Sungai Mutiara dengan luas 1.653 km2. Di barat laut Zhuhai berbatasan dengan Jiangmen, di utara berbatasan dengan Zhongshan, sementara di Selatan berbatasan dengan Makau. Konon lebih kurang dua dekade lalu kota ini adalah merupakan kota nelayan dan sekarang telah berubah drastis menjadi kota metropolitan.
Gedung-gedung tinggi dengan arsitektur modern dan jalan raya yang panjang dan lebar masing masing empat jalur telah menjadi trade mark kota Zhuhai. Sementara itu ruang terbuka berupa lembah pegunungan yang hijau asri dan indah masih menghiasi sebagian pemandangan kota Zhuhai.
Pesatnya kemajuan kota Zhuhai antara lain adalah karena sejak tahun 1996 telah menjadi tempat penyelenggaraan Zhuhai International Airshow yang kini bernama China International Aviation & Aerospace Exhibition. Airshow yang dilaksanakan 2 tahun sekali ini sangat besar pengaruhnya terhadap kemajuan dan perubahan peradaban kota Zhuhai menjadi sebuah kota yang metropolis.
Meskipun Zhuhai telah berubah penampilan menjadi kota internasional, akan tetapi tidak banyak masyarakatnya yang menggunakan bahasa Inggris. Walau di hotel megah sekalipun tidak semua pegawai hotel berbahasa Inggris. Resepsionis dengan santai melayani tamu tamu asing dengan bantuan HP nya saja.
Mereka tinggal tanya English atau France? Kemudian menyodorkan HP nya untuk kita berkomunikasi dengan perantaraan HP yang sudah di program bertindak sebagai penerjemah ke bahasa China. Sebuah cara yang sangat teknologis sifatnya. Sebuah cara mudah yang telah tidak lagi mewajibkan mereka belajar bahasa asing untuk berkomunikasi. China memang tengah menikmati kemajuan teknologi di segala bidang kehidupan. Di Zhuhai kita tidak bisa bertransaksi denga uang tunai karena semua transaksi menggunakan HP. Cukup surprise dengan cara seperti itu maka tidak ada “tip” untuk pelayan hotel dan atau restoran.
Di jalan jalan raya yang luas kota Zhuhai berseliweran mobil mobil yang nyaris terlihat semuanya baru dan mewah. Baru dan keren dengan berbagai merek yang hampir semuanya bertenaga listrik dan made in China. Traffic di jalan raya walau di beberapa tempat sudah banyak yang macet, akan tetapi relatif tertib. Sepeda motor sangat jarang terlihat kecuali sepeda motor Polisi yang sesekali melintas. Di tengah keramaian lalu lintas kota Zhuhai yang tertib itu tidak pernah ada rombongan elit yang menerobos sewenang wenang dengan ngoeng ngoeng motor atau mobil pengawal menghalau pengguna jalan lainnya. Bunyi klakson walau sesekali terdengar akan tetapi relatif jarang, salah satu yang menandakan kondisi lalulintas jalan raya dengan ciri masyarakat beradab.
Stasiun kereta apinya besar dan nyaris mirip dengan airport. Di depan pintu masuk Stasiun KA terdapat locker penitipan koper dan barang yang tidak ada kuncinya. Memasukkan koper/barang cukup dengan memindai kode menggunakan HP kemudian pintu locker terbuka sendiri. Selesai memasukkan koper/barang ke dalam locker pintu cukup ditekan dan secara otomatis tertutup dan terkunci sendiri.
Demikian pula ketika hendak mengambil kembali loper/barang, cukup dengan scan ke semacam barcode di tengah tengah locker, maka pintu locker tempat barang kita akan terbuka sendiri. Semua palang pintu apakah tol, lokasi parkir, masuk kedalam gedung tidak ada lagi yang menggunakan kartu, semua sudah dengan mekanisme “Auto Open”.
Zhuhai memang telah menjadi kota cerdas dalam arti yang sesungguhnya. Demikian pula dengan tiket KA yang tidak ada dalam bentuk lembaran kertas atau tiket seperti biasanya, karena semua cukup menggunakan HP saja. Nomor gerbong dan tempat duduk tergambar di layar HP kita. Bila bingung, kondektur dan pramugari atau pramugara KA siap membantu kita menuju gerbong dan tempat duduk. Sangat sederhana apik, tertib dan sekaligus bersih serta yang paling penting adalah on time.
Pelaksanaan Zhuhai Airshow 2024 yang megah di pertengahan bulan November lalu di dukung oleh jajaran para volunteer mirip pada penyelenggaraan Olimpiade Beijing di tahun 2008. Para volunteer ini menggunakan seragam berupa rompi berwarna merah.
Mereka ditempatkan pada lokasi tertentu dengan tugas membantu para pengunjung saat dibutuhkan dalam mengatasi kesulitan. Mereka terdiri dari anak anak muda yang terlatih terutama dalam hal menolong dengan sigap bila dibutuhkan. Beberapa di antaranya pandai berbahasa Inggris dan bahasa asing lainnya, akan tetapi sebagian besar menggunakan HP sebagai penterjemah dalam berkomunikasi dengan para pengunjung asing.
Pernah pada satu ketika saya naik bus dengan tangga yang agak tinggi sehingga perlu dibantu teman saya untuk naik, seketika seorang volunteer dengan sigap membantu menolong naik bus dan sekali gus meminta salah seorang penumpang anak muda memberikan kursinya untuk saya duduk. Sebenarnya saya tidak begitu perlu untuk duduk dan masih nyaman untuk berdiri saja karena tujuan dari tempat parkir mobil ke lokasi Airshow tidak begitu jauh.
Akan tetapi sang volunteer dan juga pemuda yang duduk itu terlihat dengan senang hati dan penuh hormatm memberikan kursinya kepada saya. Sebenarnya saya sedikit merasa tersinggung karena telah diperlakukan sebagai orang tua yang sudah tidak berdaya, padahal mungkin saja mereka sudah melihatnya seperti itu.
Terkadang memang saya lupa dengan usia saya dan kondisi fisik sendiri, akan tetapi yang jelas orang disekitar melihat realita bahwa mereka tengah berhadapan dengan sosok orang yang patut mereka perlakukan sebagai orang tua. Terus terang momen momen seperti ini membuat saya tertawa dalam hati sekaligus coba menghibur hati diri. Setiap orang memang memiliki masanya sendiri sendiri. Di Zhuhai, ditengah kemeriahan China berpesta pora di udara dalam perhelatan International Airshow, untuk kesekian kalinya saya disadarkan bahwa saya sudah mencapai usia yang memang tidak muda lagi.
Di Zhuhai pula saya menyaksikan masyarakan modern dengan perangkat tekonologi tinggi pada kegiatan kesehariannya tetap tidak kehilangan nilai luhur mereka antara lain dalam menghormati orang yang lebih tua usianya. Teknologi maju, tidak serta merta melenyapkan nilai budaya China sebagai bangsa dengan nilai luhur yang dimilikinya sejak berabad abad lalu. Mereka menghormati orang yang lebih tua usianya, mereka menghormati dengan wajah dan bahasa tubuh yang tulus.
Selamat dan sukses untuk Kota Zhuhai yang telah berhasil gemilang menyelenggarakan Pesta Dirgantara terbesar di Asia. Zhuhai mereflekasikan sebuah kota nelayan yang telah berubah menjadi kota dirgantara yang sarat dengan teknologi. Zhuhai yang nenek moyangnya orang pelaut kini memasuki generasi petarung tangguh di bidang Air and Space serta Cyber World. Zhuhai memang Keren!
Penulis adalah pendiri Pusat Studi Air Power Indonesia.
KOMENTAR ANDA