Hampir 30 tahun lalu penerbangan TWA 800 menuju Paris meledak hanya beberapa menit setelah lepas landas. Sebanyak 230 orang yang ikut dalam penerbangan itu tewas.
Puing-puing pesawat jatuh ke Samudra Atlantik di lepas Long Island. Dengan bantuan dari Angkatan Laut AS, Penjaga Pantai AS, dan kapal pukat nelayan yang dikontrak untuk menjelajahi dasar laut, para penyelidik berhasil menemukan lebih dari 95 persen pesawat, dan, setelah hampir setahun, sisa-sisa semua korban tewas juga ditemukan.
Tragedi tersebut memicu salah satu investigasi penerbangan terbesar dan termahal dalam sejarah dan memicu serangkaian teori konspirasi, meskipun Dewan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB) akhirnya menganggap kejadian itu adalah kecelakaan murni dan tidak menemukan bukti adanya tindak kejahatan.
Setelah investigasi menyeluruh selama empat tahun, tim NTSB yang dipimpin Frank Hilldrup menetapkan kemungkinan penyebab kecelakaan itu dari korsleting listrik yang meledakkan uap di tangki bahan bakar sayap tengah. Meskipun mereka tidak pernah secara pasti menentukan dari mana percikan awal itu berasal.
Anggota keluarga korban tragedi TWA 800 dilaporkan kesulitan mendapatkan informasi dari petugas, sementara yang lain tampaknya memahami kerumitan kecelakaan tersebut.
“Kami melihat kerusakan yang sangat besar,” kata Jose Cremades, anggota keluarga salah satu korban, pada tahun 1997 saat melihat reruntuhan pesawat yang direkonstruksi. “Pesawat itu benar-benar hancur berkeping-keping, dan hari ini kami memahami kompleksitas dan besarnya tugas yang dihadapi FBI dan NTSB. Dan saya pikir mereka melakukan pekerjaan yang luar biasa.”
Ledakan tersebut juga menghasilkan UU Bantuan Keluarga Bencana Penerbangan yang mengubah cara memperlakukan keluarga dan orang-orang terkasih korban kecelakaan pesawat.
Menurut dokumen NTSB, UU tersebut mengharuskan maskapai penerbangan membahas kebutuhan keluarga penumpang yang menjadi korban dalam kecelakaan pesawat. Selain itu, UU itu juga mengharuskan rencana maskapai penerbangan setidaknya mencakup 18 jaminan yang diuraikan dalam undang-undang tersebut.
Berdasarkan undang-undang tersebut, NTSB bertanggung jawab untuk mengoordinasikan sumber daya pemerintah federal guna mendukung pemerintah daerah, negara bagian, dan suku, organisasi bantuan bencana, dan maskapai penerbangan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Peter Goelz, mantan direktur pelaksana NTSB, mengatakan kepada CNN pada tahun 2000 bahwa UU Bantuan Keluarga untuk Bencana Penerbangan dibuat ketika “menjadi jelas bagi NTSB dan Kongres serta pihak lain bahwa keluarga berhak mendapatkan lebih banyak informasi dan perawatan yang lebih terarah setelah bencana semacam ini.”
“Jadi, ketika bencana terjadi, anggota keluarga mendapatkan informasi dari pemerintah terlebih dahulu, sebelum media. Mereka diberi pengarahan secara berkala. Dan yang kami coba lakukan adalah tidak memperparah tragedi,” kata Goelz.
“Sumbangan” penting kecelakaan TWA 800 pada dunia penerbangan AS kembali dibicarakan menyusul kecelakaan di Washington DC dan Philadelphia.
Todd Inman dari NTSB pada hari Jumat mengatakan, berdasarkan UU itu pihaknya telah memberikan pengarahan keluarga. “Ada lebih dari 100 anggota keluarga yang kini berada di area tersebut untuk menerima pengarahan. Dan itu merupakan bagian dari persyaratan legislatif untuk menerima Bantuan Keluarga,” ujarnya.
Inman mengatakan keluarga korban telah diberi pengarahan oleh pemeriksa medis, kepala pemadam kebakaran, ketua NTSB, dan unit asisten keluarga dari maskapai tersebut.
American Airlines mengatakan Tim CARE-nya tiba di lokasi kejadian sebelum matahari terbit pada hari Kamis. Menurut perusahaan tersebut, tim CARE adalah kelompok yang dilatih secara khusus yang dengan penuh kasih mendukung anggota keluarga penumpang dan awak pesawat setelah kecelakaan.
“American sejauh ini telah mengerahkan 175 anggota Tim CARE ke Washington, D.C. dan Wichita, Kansas. Semua anggota Tim CARE telah ditugaskan untuk membantu keluarga korban,” kata Andrea Koos, dari American Airlines.
KOMENTAR ANDA