Hakim Distrik AS untuk Distrik Timur Virginia, Leonie Brinkema, telah memberikan lampu hijau untuk gugatan class action pemegang saham terhadap Boeing atas masalah keselamatan pada pesawat 737 MAX.
Menurut Simple Flying mengutip Reuters, pemegang saham mengajukan gugatan terhadap Boeing pada Januari 2024, tak lama setelah insiden pintu pesawat Boeing 737 MAX 9 Alaska Airlines meledak di udara. Mereka menuduh perusahaan menyesatkan investor tentang keselamatan pesawat dan prosedur keselamatannya.
Menurut laporan tersebut, pemegang saham menuduh produsen pesawat Amerika tersebut lebih mengutamakan keuntungan daripada keselamatan dan melebih-lebihkan komitmennya terhadap keselamatan pesawat sebelum insiden pintu pesawat Boeing 737 MAX 9 Alaska Airlines meledak pada Januari 2024.
Hakim federal yang menyetujui gugatan class action tersebut, Leonie Brinkema, memutuskan bahwa pemegang saham—yang dipimpin oleh bendahara negara bagian Rhode Island—yang memegang saham Boeing antara 7 Januari 2021 dan 8 Januari 2024, dapat menuntut ganti rugi sebagai sebuah kelompok.
Pada tanggal 5 Januari 2024, Penerbangan Alaska Airlines AS1282 terlibat dalam sebuah insiden ketika pintu terlepas dari pesawat Boeing 737 MAX 9. Pesawat tersebut, yang terdaftar sebagai N704AL, baru berusia dua bulan pada saat insiden tersebut.
Badan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB) mengatakan bahwa bukti menunjukkan empat baut yang menahan sumbat pintu pada 737 MAX 9 hilang. Tidak ada korban jiwa dan tidak ada cedera serius yang diakibatkan oleh keadaan darurat dalam penerbangan tersebut. Namun, insiden Januari 2024 pada penerbangan Alaska Airlines AS1282 terbukti sangat penting, menempatkan Boeing di bawah pengawasan ketat dari semua pihak.
Alaska Airlines menerima kompensasi sebesar 162 juta dolar AS dari Boeing pada tahun 2024 atas kerugian yang diakibatkan oleh insiden sumbat pintu yang terlepas di tengah pintu keluar. Insiden tersebut menyebabkan maskapai tersebut menghentikan seluruh armada Boeing 737 MAX 9 untuk sementara, yang memengaruhi operasinya.
Menurut Reuters, pemegang saham menginginkan periode kelas dimulai pada tahun 2019, dengan alasan bahwa pernyataan Boeing yang menyesatkan tentang keselamatan pesawat setelah dua kecelakaan fatal 737 MAX pada bulan Oktober 2018 dan Maret 2019 telah menaikkan harga sahamnya secara artifisial.
Namun, Hakim Brinkema memutuskan bahwa periode class action seharusnya dimulai ketika Boeing menyelesaikan kasus pidana Departemen Kehakiman AS yang terkait dengan keselamatan 737 MAX.
CEO Boeing Kelly Ortberg menekankan dalam rapat seluruh perusahaan awal bulan ini bahwa budaya manajemen perusahaan perlu perubahan yang signifikan.
Berbicara kepada karyawan di St. Louis dan melalui webcast ke lokasi Boeing lainnya, Ortberg mengakui masalah utama, termasuk komunikasi yang buruk dan budaya tidak hormat dalam manajemen.
KOMENTAR ANDA