Drone Forge, perusahaan start-up dirgantara asal Australia, dan Airbus telah menandatangani Letter of Intent (LOI) untuk berkolaborasi dalam penerapan dan integrasi operasional sistem udara nirawak (uncrewed aerial system/UAS) bernama Flexrotor.
Dalam keterangan yang diterima redaksi, kesepakatan yang mencakup akuisisi sistem Flexrotor ini menjadi langkah penting dalam merevolusi penerbangan pesawat nirawak dengan solusi dan teknologi inovatif yang dirancang untuk operasi taktis.
“Perjanjian ini mencerminkan komitmen bersama untuk mengeksplorasi peluang dalam penerapan teknologi Flexrotor yang inovatif di kawasan Asia-Pasifik. Dirancang sebagai pengganda kekuatan (force multiplier) untuk berbagai misi di sektor pertahanan dan keamanan, kemitraan ini mencerminkan keyakinan kuat terhadap kapabilitas Flexrotor serta membuka peluang integrasi operasi antara sistem awak dan nirawak bagi para operator pesawat,” ujar William Sampson, Vice President/Head, Market Operations of Airbus Helicopters.
“Kemitraan antara Airbus dan Drone Forge merupakan lompatan besar dalam evolusi industri pesawat nirawak (unmanned aerial vehicle/UAV). Ketika kami menyerahkan suatu produk untuk pelanggan, mereka selalu mengharapkan solusi yang telah teruji, operator yang telah disertifikasi, komitmen pada aspek keamanan, dan tim yang dapat memberikan dukungan kelas dunia. Kemitraan dengan Airbus ini akan mewujudkan itu semua dan masih banyak lagi untuk para pelanggan,” ujar Thomas Symes, Chief Executive Officer of Drone Forge.
Thomas Symes menambahkan, “Kawasan Asia-Pasifik menawarkan peluang besar bagi solusi UAV seperti Flexrotor. Berlandaskan nilai kepercayaan dan kinerja dari Drone Forge, kemitraan ini bertujuan untuk sepenuhnya mengomersialisasikan Flexrotor di sektor swasta, pemerintahan, dan pertahanan.”
Sebagai bagian dari ekspansi portofolio Drone Forge, perusahaan ini telah mendirikan pusat layanan UAS di Perth, Australia Barat, untuk memberikan pelatihan, pemeliharaan, dan layanan dukungan untuk berbagai UAS termasuk Flexrotor.
Flexrotor sendiri adalah produk terbaru dalam portofolio UAS Airbus. Flexrotor adalah pesawat nirawak modern dengan kemampuan lepas landas dan pendaratan vertikal (Vertical Takeoff and Landing/VTOL) yang memiliki berat lepas landas maksimum 25 kg (55 lbs) dan dirancang untuk misi intelijen, pengawasan, akuisisi target, dan pengintaian dengan durasi penerbangan lebih dari 12-14 jam dalam konfigurasi operasional standar.
Flexrotor dapat mengintegrasikan berbagai jenis “kepala”, termasuk sistem penginderaan elektro-optik dan sensor canggih, sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Dengan kemampuan untuk lepas landas dan pendaratan secara otonom, baik dari darat maupun laut, dengan hanya memerlukan area seluas 3,7 x 3,7 meter, Flexrotor sangat ideal untuk misi ekspedisi yang memiliki ruang operasional terbatas.
Didukung oleh Departemen Pertahanan AS (DoD) dan telah digunakan dalam berbagai latihan keamanan maritim, Flexrotor merupakan pengganda kekuatan yang telah teruji dalam misi operasi di medan yang menantang, berisiko tinggi, dan tanpa akses GPS.
Selain misi pertahanan, Flexrotor juga digunakan untuk misi parapublik, seperti pemantauan kebakaran hutan. Misalnya, pengambilan gambar kawasan kebakaran untuk petugas pemadam, baik di siang maupun malam hari. UAV ini juga dapat memenuhi kebutuhan misi berat lainnya, termasuk navigasi es (membantu memandu kapal angkatan laut melewati es di Samudra Arktik), penegakan hukum, serta patroli perbatasan.
KOMENTAR ANDA