PANTAI Pangandaran yang elok, kembali menggema, bukan karena debur ombak atau hiruk pikuk wisatawan, melainkan karena gemuruh mesin-mesin pesawat yang menari di langit selatan Pulau Jawa. Pangandaran Airshow 2025, yang digelar pada 18-20 April 2025, berlangsung meriah dan semarak, menandai momen penting dalam sejarah penerbangan nasional: dua dekade berdirinya Susi Air, sebuah maskapai perintis yang tumbuh dari tanah dan langit Pangandaran, kota kecil di pelosok Jawa Barat tempat para nelayan beraktifitas mencari ikan secara tradisional.
Tahun ini, Pangandaran Airstrip bukan sekadar menjadi tempat pertunjukan udara, melainkan panggung sejarah yang menyatukan komunitas dirgantara, tokoh nasional, para pecinta dirgantara dalam dan luar negeri serta beberapa duta besar perwakilam negara sahabat. Dengan latar belakang samudra dan cakrawala yang bersih, suasana Airshow terasa lebih dari sekadar hiburan; ia menjadi refleksi atas tekad, keberanian, dan cinta tanah air dalam menaklukkan ruang udara untuk kejayaan Nusantara tercinta.
Atraksi demi atraksi udara menghiasi angkasa sejak pagi hingga senja. Deretan pesawat ringan, paramotor, trike, dan pesawat sport aerobatik memamerkan kemampuan manuver tinggi yang mengundang decak kagum penonton. Puncak dari seluruh rangkaian acara adalah Dynamic Aerobatic Show yang dipersembahkan oleh Marsda TNI (Purn) Eris Herryanto — salah satu tokoh dirgantara nasional yang kini menjelma sebagai legenda pilot aerobatik Indonesia.
Dengan kendali presisi dan pengalaman ribuan jam terbang, Marsda Eris menyuguhkan tarian udara yang mendebarkan. Manuver-manuvernya yang tajam dan berani tak hanya menghibur, tetapi juga menginspirasi. Ia menghadirkan sebuah pesan tanpa kata: langit Indonesia adalah ruang strategis yang harus dicintai, dijaga, dan harus dikuasai oleh bangsanya sendiri. Tidak sama sekali untuk di delegasikan kewenangannya kepada negara lain.
Bukan hanya para pengunjung yang terpukau. Sejumlah perwakilan dan duta besar negara sahabat hadir, termasuk diantaranya Duta Besar Uni Emirat Arab untuk Republik Indonesia. Tampak ikut hadir dan menyatakan apresiasi atas penyelenggaraan acara ini, antara lain Wakil Gubernur Jawa Barat dan Direktur Utama Airnav Indonesia Capt. Arivianto Suratno, putra almarhum Capt.Pilot Senior Suratno. Indonesia Airnav mensiagakan Mobile VCP (Visual Control Post) untuk berpartisipasi khususnya dalam hal men-support aspek Aviation Safety.
Mereka semua menyampaikan bahwa ajang seperti ini tidak hanya memperkuat hubungan udara antar kota di pulau pulau kecil dan juga persahabatan para pencinta dirgantara antarbangsa, tapi juga menunjukkan wajah Indonesia sebagai bangsa yang berkeinginan maju dan penuh percaya diri dalam bidang kedirgantaraan, air and space. Air and Space adalah masa depan kehidupan umat manusia.
Susi Air: Dua Dekade, Satu Visi
Di tengah gemuruh pesawat dan semarak booth dirgantara, sorotan utama tetap jatuh pada Susi Air, yang pada tahun ini merayakan 20 tahun kiprah penerbangannya dari pangkalan kecil di Pangandaran. Maskapai yang lahir dari idealisme dan keberanian seorang Susi Pudjiastuti ini telah menjelma menjadi penghubung vital bagi daerah-daerah terpencil di Indonesia, khususnya wilayah yang tak terjangkau oleh moda transportasi lain.
Dalam sambutannya, Ibu Susi Pudjiastuti menyampaikan rasa syukur dan kebanggaannya. “Minat peserta Airshow meningkat sekitar 20 persen setiap tahunnya. Ini pertanda baik. Artinya gairah dunia aviasi kita tumbuh dan mendapatkan tempat di hati masyarakat,” ujarnya. Tak sedikit generasi muda yang hadir hari itu mengaku terinspirasi untuk menjadi pilot atau teknisi penerbangan.
Susi Air kini bukan hanya maskapai, melainkan simbol dari mimpi dan ketekunan. Dari satu pesawat Cessna pada awal 2000-an, kini armadanya menjangkau puluhan titik di seluruh Nusantara. Dan semua itu berakar dari landasan sederhana yang dibangun di tepi pantai Pangandaran.
Sebagai penutup rangkaian acara, pada malam harinya digelar sebuah Gala Dinner yang hangat dan penuh kebersamaan. Berlangsung di lapangan terbuka yang berada tidak jauh dari kediaman Ibu Susi, tempat itu disulap menjadi ruang silaturahmi para tokoh aviasi, pelaku industri, perwakilan negara sahabat, hingga warga lokal. Dalam kata sambutannya Ibu Susi menjelaskan tentang bagaimana momentum Tsunami Aceh telah menjadi salah satu titik loncatan Susi Air yang tidak hanya semata bergelut dalam bisnis semata akan tetapi berkembang justru dari keperduliannya membantu para korban Tsunami sejak hari hari awal musibah itu terjadi.
Dengan dana yang amat sangat terbatas namun di dorong semangat tinggi membantu sisi kemanusiaan, Susi Air berkibar di dirgantara Indonesia hingga hari ini. Menjadi catatan tersendiri bahwa di hari itu 19 April 2025 Susi Air secara resmi membuka Sekolah Pilot Susi Air di Pangandaran. Dukungan dari berbagai pihak telah memungkinkan berdirinya Flyingschool di Pangandaran di hari itu setelah bertahun tahun tersendat , walau telah memiliki simulator pesawat latih beberapa tahun lalu.
Di bawah cahaya lampu-lampu temaram dan langit Pangandaran yang bersih, para tamu menikmati sajian lokal, musik , serta berbagai acara penyerahan hadiah dan kenang kenangan yang mengharukan dari para penerbang muda dan para veteran. Gala Dinner tersebut bukan sekadar jamuan, tapi juga simbol bahwa penerbangan Indonesia tak dibangun oleh negara semata, melainkan oleh komunitas dan rakyat yang mencintai langitnya sendiri.
Pangandaran Airshow 2025 bukan hanya menjadi kalender tahunan biasa, melainkan penanda bahwa Indonesia bisa dan mampu membangun sendiri budaya kedirgantaraan yang kuat. Dari segi wisata, pendidikan, hingga pertahanan sipil, ajang seperti ini memperlihatkan potensi strategis ruang udara Indonesia yang belum sepenuhnya digarap.
Dalam konteks dunia yang kian kompetitif, langit bukan hanya tempat pesawat terbang, tapi juga ruang strategis nasional yang menentukan kedaulatan. Dan seperti ditunjukkan oleh semangat Airshow ini, kedaulatan itu tak hanya dilindungi oleh radar dan jet tempur, tetapi juga terutama sekali oleh tekad kolektif dan kecintaan rakyat terhadap langit mereka sendiri.
Ibu Susi dan Pangandaran telah membuktikan, bahwa dari sebuah titik kecil di peta, Indonesia bisa membangun ekosistem aviasi yang membanggakan. Dengan terus menanamkan semangat cinta udara sejak dini, Indonesia tak hanya penuh semangan untuk menguasai darat dan laut, tetapi juga harusnya wilayah udaranya sendiri.
Ibu Susi orang pelaut yang sekaligus Insan Dirgantara!
Dirgahayu Susi Air – Bravo Pangandaran Airshow!
Majulah Tanah, Air Udara ku Indonesia!
Penulis adalah pendiri Pusat Studi Air Power Indonesia
KOMENTAR ANDA