post image
Dari kiri ke kanan: Lettu (Tek) Riszi Bagus Prasetyo, Kapten (Pnb) I Putu S. Kedaton, dan Kapten (Lek) Stella Wardhany./Kedutaan Besar AS
KOMENTAR

Bagi tiga personel TNI Angkatan Udara (TNI AU), pelatihan di Amerika Serikat bukan sekadar kesempatan untuk meningkatkan keahlian teknis—melainkan pengalaman yang mengubah hidup dan memperluas wawasan mereka.

Ketiga perwira yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia ini mengikuti pelatihan khusus di institusi militer Amerika Serikat, memperoleh pengetahuan berharga, dan bekerja sama dalam lingkungan belajar baru bersama rekan-rekan dari militer Amerika. Mereka pun lulus dengan hasil maksimal dan membanggakan sebagai top graduate.

Kapten Pnb I Putu S. Kedaton, seorang Instruktur Penerbang di Pangkalan Udara Adi Sucipto, Yogyakarta, mengikuti program pelatihan yang diikutinya di Squadron Officer School (AETC), Maxwell Air Force Base, Alabama.

Selain memperdalam pengetahuan di bidang penerbangan, Putu juga mempelajari seni mengajar dan komunikasi efektif—keterampilan yang kini ia terapkan sebagai instruktur dalam membimbing generasi baru pilot TNI AU. “Cara mereka untuk berkomunikasi dengan saya adalah dengan mengajak saya berbicara saat terjadi diskusi,” ujarnya.

Sementara itu, Lettu Tek Riszi Bagus Prasetyo, Kepala Bengkel Komponen di Satuan Pemeliharaan 33, Malang, Jawa Timur, mempelajari sistem kelistrikan dan lingkungan pesawat, khususnya untuk pesawat buatan Amerika seperti Hercules C-130 dan F-16. Ia mengikuti pelatihan di Sheppard Air Force Base, Texas, dari bulan September hingga Desember 2024.

Salah satu hal yang paling berkesan baginya adalah kedisiplinan yang ditunjukkan oleh rekan-rekan sekelasnya dari Amerika. Ia juga mengatakan bahwa rekan-rekan Amerika yang ditemuinya di Texas sangat rendah hati. “Mereka sangat welcome terhadap orang-orang luar negeri,” katanya.

Bagi Kapten Lek Stella Wardhany, Kepala Sub Seksi Kualitas Produksi Satuan Pemeliharaan 23 di Jakarta, pelatihan di Amerika Serikat memberinya keahlian khusus di bidang sistem kalibrasi pesawat. Ia mengatakan, “It’s amazingly fun. Dan pada saat terjadi kesulitan memahami materi, instruktur dan siswa membantu dengan merancang permainan supaya kami lebih memahami materi.”

Mengikuti program Precision Measurement Equipment Lab di Keesler Air Force Base, Mississippi, Stella memperoleh berbagai wawasan yang kini ia terapkan dalam pekerjaannya.

Merefleksikan pengalamannya di Amerika Serikat, Putu berharap lebih banyak perwira TNI AU dapat merasakan kesempatan pelatihan serupa di luar negeri.

“Kesempatan untuk bisa bersekolah atau mengenyam pendidikan di Amerika Serikat tentunya akan membantu kami sebagai perwira Angkatan Udara untuk berpikir dengan perspektif yang lebih luas lagi,” ujarnya. Stella pun berpesan kepada anak muda di Indonesia untuk terus belajar dan berpikir lebih terbuka. “Jangan takut untuk mengambil kesempatan karena belum tentu kesempatan akan datang kedua kalinya,” katanya.

Setiap tahun pemerintah Amerika Serikat mensponsori sekitar 200 personel militer Indonesia dari TNI AD, AL, dan AU untuk mengikuti program pelatihan di berbagai institusi di Amerika Serikat. Program-program ini memberikan keahlian teknis, keterampilan kepemimpinan, dan pengalaman lintas budaya yang berharga untuk memperkuat kapabilitas pertahanan Indonesia. Kesempatan-kesempatan ini merupakan salah satu cara Amerika Serikat dan Indonesia terus memperkuat kemitraan pertahanan yang berkelanjutan.

 


Indonesia Bergabung dalam Proyek Jet Tempur Turki, Amerika Pertanyakan Perkembangan Teknologi, Aliansi dan Stabilitas Kawasan

Sebelumnya

Beredar Rekaman J-36 Milik China Saat Hendak Mendarat di Sichuan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Military