post image
KOMENTAR

Ke depan, Garuda Indonesia harus benar-benar melakukan analisa yang profesional, transparan dan mendalam saat mengambil keputusan pembelian pesawat dan rute yang akan dijalani. Sebab keputusan ini amat menentukan nasib dan masa depan meraka.

Solusi 2: Rombak Direksi Garuda Indonesia

Saat ini jumlah direksi Garuda Indonesi ada delapan. Kebanyakan. Idealnya cukup 6 atau bahkan 5 saja. Terlalu banyak direktur bukan hanya bikin boros biaya, namun juga malah menciptakan rantai birokrasi baru.

Agak ironis, di saat perusahaan rugi triliunan, komposisi direksi malah gemuk dan mengesankan pemborosan. Salah satu yang memicu ancaman pemogokan pilot adalah soal komposisi direksi yang tidak efisien ini.

Pada sisi lain, Dirut Garuda Indonesia saat ini, Pahala Mansury (mantan Direktur Keuangan Bank Mandiri) mungkin juga bukan sosok yang pas untuk memimpin Garuda keluar dari krisis.

Dia tampaknya kurang memilki “strong leadership” untuk memimpin perjuangan Garuda yang amat berat ini.

Pahala Mansury mungkin contoh kasus the right man on the wrong place. Orang yang kompeten di sebuah bidang yang nyaman, belum tentu akan sukses jika ditempatkan pada situasi krisis yang membutuhkan “extraordinary moves”.

Kementerian BUMN harus segera melakukan perombakan direksi ini. Lakukan perampingan, dan tunjuk CEO dengan kualitas strong leaders seperti Robby Djohan (yang dulu pernah sukses pimpin Garuda), atau Jonan (yang sukses revitalisasi PTKA).

Solusi 3: Bangun Hubungan Produktif dan Konstruktif dengan Asosiasi Pilot

Selama ini hubungan direksi Garuda dengan Asosiasi Pilot Garuda kurang harmonis. Di sini juga muncul masalah krisis kepercayaan kepada direksi dari para pilot. Sebuah masalah yang pelik, dan bisa menghambat proses penyelamatan Garuda dari krisis yang mematikan.

Keputusan blunder pembelian pesawat di masa lalu mungkin juga karena direksi tidak pernah mendengarkan masukan dari para pilot.

Praktek seperti itu tak boleh lagi diteruskan. Seharusnya direksi secara rutin melakukan brainstorming dan minta masukan dari perwakilan pilot untuk merumuskan The Right Strategy dalam upaya menyelematkan Garuda dari krisis ini.

Sinergi dan kebersamaan merupakan salah satu kunci untuk membuat proses revitalisasi Garuda bisa meraih sukses.

Demikianlah uraian mengenai krisis Garuda, dan langkah-langkah yang mungkin bisa dilakukan untuk menyelamatkan mereka dari jurang kebangkrutan.

Tahun ini merupakan tahun yang sangat kritis bagi Garuda Indonesia.

Jika mereka masih saja mengalami kerugian seperti tahun lalu, maka para kreditor pasti akan enggan memberikan talangan utang baru. Mereka akan enggan membeli obligasi baru Garuda.

Jika titik itu terjadi, maka Garuda Indonesia pasti akan default, dan tak akan sanggup membayar hutang triliunan yang sudah jatuh tempo (ingat, total utang Garuda sudah mencapai Rp 42 triliun).

Para kreditor kemudian bisa mengajukan upaya pemailitan Garuda, dan menyita aset-aset pesawatnya guna menebus hutang yang sudah mereka berikan.

Dan persis pada momen itulah, kidung kematian mengalun pedih, sementara Kepak Sayap Sang Garuda terjatuh dalam duka yang tragis.

Yodhia Antariksa
Founder dan CEO PT. Manajemen Kinerja Utama.


Kini Garuda Indonesia Dipimpin Wamildan Tsani

Sebelumnya

Prediksi Airbus: Asia-Pasifik Butuh 19.500 Pesawat Baru Tahun 2043

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel AviaNews