Waktu itu Ofo memang tidak mengejar pendapatan. Yang dikejar adalah jumlah pengguna Ofo. Kian besar pelanggannya kian tinggi value perusahaannya. Mencari uangnya kelak saja. Dari pasar modal. Setelah Ofo menjadi sangat sexy.
Saya juga heran mengapa Ofo tidak cepat-cepat go public. Mungkin menunggu value yang maksimum. Sampai benar-benar yang terbesar. Tidak hanya di Tiongkok tapi juga di Asia. Bahkan di Amerika dan Eropa. Sampai jumlah sepedanya mencapai 200 juta. Seperti rencana.
Tentu harus juga menunggu ini: agar value perusahaan melebihi investasi.
Agar hasil go public bisa untuk mengembalikan investasi. Masih tersisa saham untuk ia sendiri --sebagai pemilik dan pendiri perusahaan.
Untuk itu Ofo harus terus membakar uang. Bakar uangnya harus lebih banyak. Juga harus lebih cepat.
Yang dibakar tidak ada lagi. Pun keburu banyak pesaing.
Momentum go public kian jauh. Yang dikejar terus berlari. Lebih kencang.
Katakanlah nilai Ofo sebelum bangkrut itu Rp 30 triliun. Seperti yang sering dipublikasikan.
Tapi Ofo sudah memakai uang Alibaba, Didi, dan lainnya juga Rp 30 triliun.
Sama-sama Rp 30 triliun kualitasnya berbeda. Yang dari Alibaba dkk itu, yang Rp 30 triliun itu, uang beneran. Sedang Rp 30 triliun nilai perusahaan itu belum tentu segitu nilainya.
Berarti kalau cepat-cepat go public juga belum menghasilkan apa-apa. Katakanlah publik mengakui nilai perusahaan Rp 30 triliun (biasanya jauh di bawah itu). Lalu saham yang di go public-kan 60 persen. Hasilnya hanya Rp 20 triliun. Belum cukup untuk menutup investasi. Masih jauh.
Mungkin Dai Wei menunggu dulu. Terus menunggu. Sampai nilai perusahaan mencapai Rp 60 triliun.
Yang ditunggu belum juga datang. Tidak mau datang. Tidak bisa datang.
Yang datang adalah tagihan. Yang bertubi-tubi. Dari segala arah.
Yang juga datang adalah putusan pengadilan. Bahwa Ofo dinyatakan bangkrut. Dai Wei tidak bisa lagi berbuat apa-apa. Tidak bisa ke mana-mana.
Untung ia di Tiongkok. Yang beginian tidak dimasukkan penjara. Ini hubungan perdata.
Umurnya masih 28 tahun. Masih panjang sisa perjalanannya.
Mestinya.
KOMENTAR ANDA