Di sanalah pemerataan ekonomi terbaik di dunia. Di sanalah 'sama rasa sama rata' relatif tercapai. Pada level yang disebut makmur.
Bukan sama rata sama rasa, sama-sama miskinnya.
Sebagian generasi muda Hongkong tentu dilanda trauma kakek-nenek mereka. Kini lain lagi. Setelah Tiongkok lebih maju dari Hongkong sebagian mereka ngeri: bagaimana kelak bisa bersaing dengan orang Tiongkok. Yang mereka bayangkan akan dengan bebas masuk Hongkong. Dalam jumlah penduduk yang begitu besar. Tidak perlu lagi visa seperti sekarang.
Satu Dama saja sudah begitu menakutkan emak-emak di Hongkong. Lihat DI's Way kemarin (Baca: Da Mama). Apalagi kalau 1,5 miliar orang Tiongkok bebas keluar masuk Hongkong.
Demo hari Minggu kemarin begitu besarnya. Meski tidak sebesar tanggal 1 Juli lalu.
Pendemo tetap gigih. Meski sehari sebelumnya ada penangkapan-penangkapan. Terkait ditemukannya bahan-bahan bom. Di sebuah gudang. Yang disewa partai pro-kemerdekaan Hongkong.
Pendemo juga sudah berani melanggar batas izin. Setelah matahari tenggelam.
Mereka berjalan menuju pengadilan tinggi. Tetap seperti rencana semula. Yang tidak diizinkan.
Mereka juga mendatangi kantor perwakilan Tiongkok. Melemparinya telur. Melakukan corat-coret. Menyentrong polisi dengan sinar laser.
Hanya mereka taat satu hal: tidak meloncati tembok yang dibangun polisi. Yang terbuat dari box-box air. Setinggi 2 meter itu.
Mungkin mereka juga akan melanggar satu lagi: tidak mau bubar pada jam 9 malam. Saat tulisan ini sudah harus saya kirim.
Mana tahan.
KOMENTAR ANDA