Pengacara juga mencoba membelokkan perkara ini ke soal kejiwaan Christensen.
"Saat pembunuhan itu dilakukan jiwa Christensen lagi di ground zero. Lagi di titik terbawah," ujar pengacara.
"Perkawinannya gagal. Pacarnya pun membuat ia sulit," tambahnya.
Terbukti, kata pengacara, pagi-pagi itu Christensen membeli rum. Minuman keras. Berarti jiwanya lagi terguncang.
Tapi terdakwa tidak mau dibawa ke ahli jiwa. Juga tidak akan mau menjawab pertanyaan ahli jiwa.
Tapi juri tetap ragu untuk menjatuhkan hukuman mati.
Kamis lalu pun juri memutuskan: Christensen dijatuhi hukuman seumur hidup. Tepat dua tahun setelah pembunuhan itu dilakukan.
Mayat Zhang tetap tidak ditemukan.
Di kamar apartemennya, Zhang meninggalkan buku harian. Yang bisa bercerita betapa disiplin gadis ini. Juga betapa dia rindu pada pacarnya di Tiongkok. Yang sudah sepakat akan segera menikah. Bila Zhang sudah bergelar doktor nanti.
Zhang bertekad akan belajar keras. Agar cepat lulus.
Waktunya diatur sangat ketat. Untuk setiap makan Zhang hanya mengalokasikan waktu 20 menit. Untuk jogging juga 20 menit. Sisanya untuk belajar dan belajar.
Di buku harian itu juga tertulis. Tertanggal 1 Juni. Berarti tulisan terakhirnya.
"Hidup itu terlalu pendek," tulisnya, "untuk hanya menjadi biasa-biasa saja".
KOMENTAR ANDA