post image
KOMENTAR

Kelak, kalau sudah reda, rasanya, obituari untuk sang kakak pun bisa dimunculkan lagi. Menandai bahwa cinta ibu tidak sepanjang galah.

Saat ini situasinya memang masih panas. Penembakan itu baru terjadi awal Agustus ini. Masih hangat.

Lebih lagi ada kejadian serupa di tempat-tempat lain. Hanya beberapa jam sebelum di Dayton itu terjadi penembakan masal di El Paso. Yang korbannya lebih besar: 22 orang tewas.

Saat itu para korban lagi berbelanja di mall terbesar kota itu: Walmart. Jam 10 pagi. Di kota El Paso, Texas paling Selatan -- berbatasan dengan Meksiko. Saya pernah belanja di Walmart ini.

Yang di El Paso itu motifnya jelas: anti imigran. Anti orang asing. Khususnya dari Meksiko.

Itu diketahui dari manifesto yang ia tulis. Sepanjang 2.300 kata. Yang sudah di-posting di Facebook-nya. Dengan nama samaran: 8chan.

Manifesto itu mirip dengan yang terjadi di masjid Christchurch di Selandia Baru tahun lalu.

Sebagian publik menuduh itu gara-gara Presiden Donald Trump. Yang kebijakan imigrasinya sangat keras. Dan suka pidato berbau rasialis. Penguasa seperti memberi angin.

Banyak kata dalam manifesto itu mirip dengan yang sering diucapkan Trump --secara lisan maupun lewat Twitter.

Tapi si penembak tidak mau dikaitkan dengan Trump.

"Aksi itu semata hanya untuk mempertahankan negara dari bergantinya budaya dan etnik," tulisnya.

"Jangan ada yang menuduh ini karena Trump," tambahnya.

Anak itu masih muda. Umur baru 22 tahun. Namanya Patric Crusius.

Rumahnya sangat jauh dari El Paso -- 800km. Ia hidup bersama orang tuanya di kota kecil Allen, dekat Dallas.

Patric harus naik mobil 9 jam untuk ke El Paso. Misi pembunuhan itu begitu suci, anggapnya.

Patric kini di tahanan FBI. Badannya kurus. Berkaca mata dengan frame dari kawat.

Ia menganggap masuknya imigran dari Meksiko sebagai invasi. Jumlahnya jutaan. Kemampuan beranaknya pun banyak.

Tapi akarnya lebih dalam dari itu: hasil penelitian. Yang dipublikasikan secara luas. Ilmiah. Bahwa suku kulit putih akan menjadi minoritas. Di tahun 2040 nanti.
Dan yang akan mayoritas itu adalah Hispanic. Suku keturunan Meksiko. Atau dari Amerika Latin. Kulit hitam pun akan kalah.

Kajian itu dianggap serius. Memang serius. Lalu jadi diskusi publik. Di mana-mana jadi topik pembicaraan: kulit putih akan hilang. Ditambah rumor. Dibumbui sentimen.

Salah satu korban di Walmart itu memang keturunan Meksiko. Namanya Antonio Basco. Yang tewas adalah istrinya, Margie Reckard.

Mereka hanya berdua. Tidak punya anak. Tidak punya saudara.

Tidak ada yang melayat istrinya. Atau membantu penguburannya.

Mayat sang istri ditampung di rumah pemakaman Perches Funeral.

Tiap hari Basco ke rumah duka itu. Sendirian. Siang dan malam. "Kami sudah kawin selama 22 tahun. Selama itu pula kami hanya terus berdua. Kami sudah berjanji sehidup semati," ujar Basco.

Ia mengaku tidak tahu harus hidup bagaimana nanti. Di umurnya yang sudah 63 tahun. Yang secara fisik sudah seperti 75 tahun.


Seragam Baru

Sebelumnya

Merdeka Huey

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Disway