Hasilnya (yield) memang rendah tapi pasti. Dan aman. Apalagi kalau surat utang itu bukan bond yang dikeluarkan perusahaan. Melainkan surat utang oleh suatu negara. Pasti tidak ada risiko. Pasti dibayar.
Lebih-lebih kalau pemerintahnya adalah Amerika Serikat. Siapa yang tidak percaya.
Biasanya yield untuk bond jangka panjang (10 tahun) lebih rendah dari yield bond jangka pendek (2 tahun).
Sepuluh tahun dianggap terlalu lama. Pemilik uang kadang memerlukan uangnya lebih cepat. Misalnya tiba-tiba ada peluang beli saham perdana. Dari sebuah IPO perusahaan yang fenomenal.
Maka lebih banyak yang membeli bond jangka 2 tahun. Meski yield-nya lebih rendah.
Itulah yang terjadi tanggal 14 Agustus lalu. Jam 6 pagi itu.
Biasanya yang membeli bond jangka panjang tidak sebanyak itu. Tiba-tiba pembeli bond 10 tahun lebih banyak dibanding yang 2 tahun.
Belum pernah dialami seperti itu selama 10 tahun terakhir.
Orang cari aman.
Berarti bidang lain lagi tidak aman. Dalam empat tahun ke depan. Mereka memilih menghindar untuk empat tahun ke depan. Dengan cara memilih membeli bond 10 tahun.
Rumusnya: kian naik yang membeli bond, kian turun yield-nya.
Rumus berikutnya: kalau pembeli bond dengan jatuh tempo 10 tahun lebih banyak dibanding pembeli bond dengan jatuh tempo 2 tahun berarti akan terjadi resesi.
Maka kesimpulan umum pun diambil: jam 6 pagi itu adalah awal akan terjadinya resesi ekonomi.
Kapan terjadinya?
Bukan besok pagi.
Bukan bulan depan.
Para ahli pengin lebih aman: antara 6 sampai 14 bulan ke depan.
Apakah artinya?
Para penguasa masih bisa ambil langkah menghindarinya.
Masih bisa membuat kebijakan baru. Atau meralat kebijakan lama.
Menelan ludah sendiri memang tidak terhormat. Tapi lebih tidak terhormat lagi diludahi orang ramai-ramai.
Memang yang terbaca di tanggal 14 Agustus itu hanya angka. Belum tentu benar akan terjadi. Kesaktian satu angka tidak sama di kurun yang berbeda. Angka 02 sakti di tahun 2014. Tapi hilang kesaktiannya di tahun ini.
Jadi, tenang saja.
Apalagi kurva yang terbalik itu hanya terjadi sesaat. Setelah itu balik lagi. Terutama ketika Presiden Donald Trump tiba-tiba menelan sendiri sebagian ludahnya.
Ia membuat sebagian tempe itu jadi kedelai lagi. Ia meralat beberapa bagian keputusannya tentang bea masuk barang Tiongkok.
KOMENTAR ANDA