KIAN banyak buktinya. Bahwa Adam bukanlah manusia pertama di bumi. Bukti terbaru datang dari Sulawesi. Dari sebuah gua yang nyaris hancur, digerus escavator untuk jadi bahan baku pabrik semen di sebelahnya.
Di Tonasa. Nama gua itu Leang Bulusipong. Di Desa Silorong, Kabupaten Pangkep. Dua jam dari Kota Makassar.
Di situ jenis alamnya agak aneh. Bergunung. Juga bergua-gua. Salah satu mata airnya menjadi pusat wisata. Yang banyak kupu-kupunya itu.
Di dalam salah satu gua itulah ditemukan lukisan kuno di dindingnya. Gambar kerbau. Atau Anoa. Gambar itu dilukis setidaknya 40.000 tahun silam.
Jauh lebih tua dari Nabi Adam. Yang diperkirakan hidup 8.000 tahun lalu. Kawasan ini memang gugusan pegunungan kapur. Yang sangat luas.
Yang kapurnya amat bagus untuk bahan baku semen. Itulah sebabnya pabrik Semen Tonasa didirikan di sebelah perbukitan ini.
Beberapa unit sekaligus. Demikian juga pabrik semen swasta Bosowa. Milik keluarga Akhsa Mahmud itu.
Penggerusan bukit pun berlangsung tiada henti. Diperkirakan tidak akan habis selama 100 tahun.
Masih berapa kilometer lagi penggerusan itu sampai ke Gua Leang Bulusipong?
"Bukan berapa kilometer pak. Tinggal beberapa meter lagi," ujar Iwan Sumantri.
Ia ahli arkeologi dari Universitas Hasanuddin, Makassar. Dari nama belakangnya yang Sumantri, Iwan seperti orang Jawa. Padahal asli Bugis. Ia sarjana antropologi Unhas. Lalu mengambil dua master sekaligus: di Unhas untuk Antropologi dan di Universitas Indonesia untuk Arkeologi.
Menurut Iwan, penemuan lukisan kuno itu terjadi lima tahun lalu. Tapi belum diteliti secara ilmiah.
Seberapa pentingkah lukisan itu untuk ilmu pengetahuan?
Mula-mula hanya anak kampung sebelah yang suka masuk gua itu. Main-main di situ. Tidak berbahaya. Tidak terlalu dalam.
Mulut gua itu sekitar 1 meter. Kian ke dalam kian besar.
"Ada gambar kerbau di dalam gua," begitu pembicaraan anak-anak di kampung itu. Yang jaraknya sekitar 3 km dari mulut gua.
Petugas arkeologi setempat lantas masuk gua. Melaporkan penemuan itu ke kantornya di Makassar. Dikirimlah tim arkeolog setempat.
Lantas dilaporkan pula ke Balai Arkeologi Pusat di Jakarta.
Pihak Semen Tonasa merespons dengan nyata: tidak lagi mengambil bahan baku dari dekat Gua Leang itu. Tonasa menjadikan kawasan tersebut sebagai cagar budaya. Seluas sekitar 3 km persegi.
Adalah ahli dari Griffith University, Australia, yang memastikan nilai ilmiah lukisan di gua itu.
Dua tahun lalu ahli-ahli dari Griffith melakukan penelitian di Leang. Lalu datang lagi membawa peralatan, berupa detektor. Itulah detektor nuklir.
Dari situ dipastikan lukisan di Gua Leang itu paling tidak berumur 44.000 tahun.
"Saya sudah meneliti ratusan gua seperti itu. Belum pernah ada yang seperti ini," ujar Adam Brumm ahli dari Griffith University.
Brumm mengadakan konferensi pers untuk penemuannya yang begitu sexy. Di Kemendikbud Jakarta. Dalam konferensi pers itu Brumm juga mengundang ahli dari Unhas seperti Iwan Sumantri.
KOMENTAR ANDA