Hasil deteksi terakhir Sabtu kemarin menyebutkan radiasi di situ sudah berkurang 30 persen. Masih diperlukan 20 hari lagi untuk menghilangkan semua itu.
Setelah ini barulah dicari jawaban atas banyak pertanyaan berikut ini:
1. Bagaimana ceritanya sumber radiasi itu bisa sampai di situ
2. Sudah berapa lama di situ.
3.Berapa orang dan berapa pohon yang sudah terpapar di luar batas yang diperbolehkan.
Dugaan saya: ada orang yang mencuri produk nuklir.
Kalau yang dicuri itu senjata nuklir tentu sudah seperti di film Hollywood. Tapi, di Serpong, kan tidak pernah dibuat senjata nuklir.
Yang pernah dibuat di Serpong adalah radio isotop. Yakni nuklir untuk kedokteran. Yang bisa dipakai untuk mendeteksi kanker itu.
Maka, apakah ada yang mencuri radio isotop?
Sungguh pertanyaan yang tidak sampai hati dikemukakan. Sekaligus bikin malu bangsa: masak iya sih sampai ada yang mencuri produk nuklir?
Korupsi Jiwasraya saja sudah sangat memalukan. Tapi kan masih tergolong biasa: ahli keuangan mencuri uang.
Tapi mencuri nuklir? Pengarang novel pun tidak akan pernah punya ide cerita fiksi seperti itu.
Dan ini bukan fiksi.
Berarti, pencurinya orang dalam. Jangan-jangan yang tinggalnya juga di perumahan itu!
Orang dalam mana?
Tidak mungkin orang Bapeten. Tidak mungkin orang Batan. Tidak mungkin orang ITI.
Tidak mungkin Benny Tjokrosaputro.
Ups... Ia kan orang luar.
Yang sangat mungkin adalah: ia orang BUMN.
Tinggal dicari tahu: Kapan? Tahun berapa?
Jangan-jangan sewaktu saya menjadi menteri BUMN!
Saya begitu sedih membaca siaran pers Bapeten kemarin.
Ini pasti menjadi berita dunia, khususnya dunia nuklir. Kok ada produk nuklir bisa dicuri! Betapa bobrok kita ini.
Lantas, bagaimana kita bisa mendapat izin internasional di bidang niklir kalau mereka tahu kelakuan orang kita seperti itu?
Mereka pasti mempertanyakan: bagaimana dunia bisa aman kalau Indonesia diberi ijin nuklir? Apakah bisa dipercaya untuk menjaganya dengan baik?
KOMENTAR ANDA