Pada tanggal 22-30 Juni 1996 Indonesia Air Show kedua yang diselenggarakan di Bandara Soekarno Hatta N250 dan CN235 terbang dalam perhelatan besar tersebut, yang menunjukkan bahwa bangsa Indonesia mampu bersaing dengan bangsa lain.
IPTN sempat membangun dan menerbangkan dua prototipe N250, yaitu Gatot Koco (PA1) untuk 50 penumpang dan Krincing Wesi (PA2) untuk 70 penumpang. Krincing Wesi terbang perdana pada 11 Desember 1996.
Tahun 1997 N250 dan CN235 Pamer Kekuatan di Paris Air Show
Perhelatan Paris Air Show 1997 di Le Bourget Paris adalah ajang pembuktian bahwa N250 buatan bangsa Indonesia layak diperhitungkan. N250 Gatot Koco diberangkatkan dari Bandung ke Paris sejauh 13,500 km oleh Kol. Penerbang (Purn) Chris Sukardjono dan LetKol Penerbang Sumarwoto Pada Selasa pagi 10 Juni 1997.
Dalam perjalanannya N250 terbang bersama CN235 MPA, dan dua pesawat ini singgah di beberapa negara untuk isi bahan bakar dan promosi dengan rute Bandung – Batam – Bangkok (Thailand) – Calcuta (India) – Bombay (India) – Muskat (Oman) – Riyadh (Arab Saudi) – Alexandria (Mesir) – Brindisi (Italia) - Le Bourget (Paris Perancis) yang ditempuh selama 30 jam.
Pada saat pulang, N250 diterbangkan melewati beberapa negara Eropa kemudian N250 diperagakan dan diterbangkan ke Turki, Mesir, Uni Emirat Arab, Pakistan, Thailand, Vietnam, Filipina dan Brunei Darussalam sebelum kembali ke Bandung. Mereka sangat bangga dan terharu dapat menerbangkan N250.
Tahun 1999, Dampak Buruk dari Krisis Moneter
Prototipe N-250 PA1 dan PA2 dapat meneruskanuji terbang pengembangan dengan dana IPTN sendiri sampai dengan akhir tahun walaupun situasi IPTN belum membaik. Semua karakteristik terbang yang diuji telah terbukti sesuai dengan design requirement and objectives (DR&O).
LoI IMF dan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 1998 juga mengakibatkan terhentinya program N-250 dan N-2130 serta batalnya beberapa proyek terkontrak, karena harga material melonjak tinggi. Dampak lanjutan dari krisis moneter tersebut adalah pendapatan IPTN yangmerosot tajam dan sebagian karyawan IPTN kehilangan beban kerja. Sementara itu sebagian karyawan IPTN melakukan beberapa kali aksi demo.
Tahun 2000 Dampak Krisis Moneter yang Berlanjut
Pada 2 Maret 2000 Pemerintah mengeluarkan keputusan Presiden (Kepres) Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2000 tentang Pencabutan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 1980 tentang Larangan Pemasukan dan Pemberian Izin Pengoperasian Pesawat Terbang. Hal tersebut berdampak pada berakhirnya proteksi negara terhadap produk-produk IPTN.
Pada 24 Agustus 2000 Presiden Republik Indonesia keempat KH Abdurrahman Wahid meresmikan pergantian nama dan logo PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (PT IPTN) diubah menjadi PT Dirgantara Indonesia (PTDI) serta melakukan perombakan organisasi dengan membentuk unit-unit bisnis untuk mendongkrak pendapatan perusahaan. Pada saat itu yang menjabat sebagai Direktur Utama adalah Jusman S.D yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Umum, terjadi empat kali aksi demo besar karyawan pada masa pelaksanaan program pensiun APS tahun ini.
Pada tahun ini N250 PA1 dan PA2 di grounded sampai waktu yang tidak ditentukan, termasuk terhentinya produksi prototipe N250 ke-3 (PA3) Koco Negoro yang sudah seperempat jadi yang akan digunakan untuk uji sertifikasi ke FAA USA. N250 PA1 dan PA2 telah menempuh 850 jam dari 1.700 jam uji terbang yang direncanakan untuk Sertifikasi Tipe (Type Certificate).
KOMENTAR ANDA