post image
Dari kiri ke kanan: Wartawan senior Ilham Bintang, Menteri Perhubungan RI Budi Karya Sumadi, Dubes Australia untuk Indonesia Penny Williams, dan logo Qantas Airways.
KOMENTAR

Di tengah persaingan ketat maskapai penerbangan yang semakin mengandalkan efisiensi waktu demi meningkatkan kenyamanan di berbagai bandara internasional,  cara Qantas itu jelas sangat kuno. Jadul, istilah generaai milenial. Kontras dengan pemeriksaan  penumpang di Bandara John F. Kennedy di New York yang saya alami tahun lalu. Imigrasi dan pemeriksaan barang bawaan bagasi disatukan. Supir taksi saja bisa sesumbar  begini. " Tidak bawa senjata dan narkoba, you bisa melenggang nyaman. Sesimpel itu," katanya.
 
"Ya Pak itu permintaan Australia. Kalau tidak, pengalaman saya kena denda yang besar, " kata Budi Karya Sumadi ketika saya sudah tiba di Melbourne, Senin (2/9/24) pagi.

Pernyataan itu merespons ucapan terima kasih saya atas perhatian besar  Menteri Perhubungan menanggapi keluhan  kami. Belakangan, saya sebut di awal belum 24 jam, setelah menyimak laporan lengkap dalam tulisan saya, Menteri Budi Karya Sumadi tergugah.

Maka, hari ini diputuskanlah untuk menyurati Dubes Australia, dan Qantas dengan tembusan kepada Menteri Luar Negeri. Semoga terjadi perubahan. Ini bukan hanya soal penumpang, tetapi juga soal citra Bandara Soekarno Hatta, dan terutama citra Indonesia, negeri tercinta.


Airbus dan Pertamina Jajaki Pengembangan Avtur Berkelanjutan

Sebelumnya

Japan Airlines tanda tangani kontrak A350 Virtual Procedure Trainer

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel AviaNews