post image
Suasana kuliah umum "Culture and Diplomacy Talks" dengan nara sumber Duta Besar Tunisia Mohamed Trabelsi di kampus FISIP UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Senin (4/11)./ZT
KOMENTAR

Setelah merdeka pada 1956, pejuang kemerdekaan Tunisia Habib Bourguiba dilantik sebagai Perdana Menteri dan setahun kemudian sebagai Presiden sampai tahun 1987 saat dokter menyatakan dirinya sakit dan tidak dapat melanjutkan kekuasaan.

Kondisi kesehatan Presiden Bourguiba yang menurun mendorong Perdana Menteri Zine El Abidine Ben Ali mengambil kekuasaan sebagai Presiden. Ia memimpin negara itu sampai revolusi yang terjadi pada 2011 di satu masa yang disebut Pergolakan Musim Semi Arab.

Kini Tunisia dipimpin Presiden Kais Saied yang pada tanggal 6 Oktober 2024 lalu kembali terpilih untuk periode kedua.

Dubes Trabelsi juga menambahkan, di era kontemporer, Tunisia berperan aktif di panggung internasional pada sejumlah isu penting.

Tunisia, misalnya, mulai menjalin hubungan dengan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) saat mengikuti KAA di Bandung. Hubungan diplomatik keduanya di mulai Januari 1964. Pada tahun 1971, Tunisia mendukung Resolusi Majelis Umum PBB 2758 yang menganjurkan agar RRT menggantikan Republik Tiongkok di PBB.

Tunisia juga berpihak pada Gerakan Non Blok, mengecam keras politik apartheid di Afrika Selatan, serta merupakan salah satu pendukung utama kemerdekaan Palestina.


Teguh Santosa: Pernyataan Bersama RI dan RRC Tidak Membahayakan Kedaulatan Indonesia

Sebelumnya

Trump, Lelaki Sejati!

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Global Politics