Kami tentu saja mencari tahu program apa yang dapat kami lakukan di Natuna bersama dengan pemerintah Indonesia.
Jadi tidak ada hubungannya dengan ketegangan antara Indonesia dan China di perairan kawasan itu?
Itu urusan antara Indonesia dan China. Kami tentu saja mengakui bahwa Natuna adalah bagian dari teritori Indonesia.
Bagaimana dengan Laut Natuna Utara?
Dimana itu? Apakah ada yang tahu? Saya tahu bahwa nama itu disampaikan pemerintah Indonesia. Tetapi saya tidak tahu apakah itu sudah disampaikan oleh badan internasional yang berwenang untuk memberikan nama. Saya tidak tahu apa statusnya.
Saya ingin menyambung topik mengenai kunjungan Pelaksana Menteri Pertahanan Shanahan yang baru lalu. Apakah ada pembicaraan mengenai jet tempur F-16?
Kami bicara tentang beberapa hal yang bisa kami lakukan. Pertama, adalah cara yang bisa kami lakukan untuk memperkuat hubungan di sektor pertahan dan keamanan. Kami membicarakan tentang upaya untuk membuat interaksi dan latihan lebih besar dan lebih berarti, sehingga menjadi kesempatan yang baik bagi siapapun yang terlibat untuk berlatih.
Kami juga membicarakan kemungkinan penjualan peralatan militer. Semoga itu juga akan berlanjut.
Baru-baru ini Indonesia menandatangani kesepakatan pembelian APC (Armoured Personnel Carrier) dengan Rusia. Indonesia juga menjalin kerjasama dengan China dalan pengembangan teknologi 5G. Apakah ini menjadi perhatian bagi Amerika Serikat?
Seperti yang Anda ketahui kami memiliki CAATSA (Countering America’s Adversaries Through Sanctions Act) Legislation khususnya terkait kesepakatan militer berbagai negara dengan Rusia. Tujuan di balik CAATSA Legislation adalah untuk mengubah perilaku Rusia. Ini terutama diberikan terkait isu Ukraina dan Krimea secara khusus. Jadi itu tujuan dari legislasi ini. Bukan untuk menghukum partner kami.
Tentang 5G, bagi kami ini tentang keamanan. Bukan isu perdagangan. Dan kami percaya keamanan komunikasi, jaringan, teknologi, dan software di belakangnya adalah isu keamanan nasional yang sangat penting.
Kami peduli dengan bahaya vendor di area ini yang tunduk pada pemerintahan asing yang dapat melakukan spionase.
Tentu saja kerjasama ini berdampak pada kami, juga pada sekutu kami, tergantung pada apa yang mereka punya.
Yang kami lakukan sekarang adalah meminta agar mereka mempertimbangkan kembali infrastruktur 5G sehingga aman.
Apakah Amerika Serikat meminta pemerintah Indonesia untuk memperhatikan program 5G nya?
Saya kira, kami mendorong semua negara melakukan itu.
Ada semacam spirit nasionalisme yang muncul bersamaan dengan proses pemilihan umum. Beberapa perusahaan Amerika Serikat seperti Chevron tidak mendapat kontrak dan harus menyerahkannya kepada Pertamina. Juga ada kasus pembelian saham Freeepot yang ramai dipublikasikan. Bagaimana Anda melihat hal ini?
Dalam proses negosiasi Freeport, Presiden Jokowi mengatakan itu adalah win-win solution. Saya kira itu pertanda yang baik.
Hal yang ingin saya katakan adalah, karena Indonesia berharap menarik lebih banyak pelaku bisnis asing dan karena Indonesia berharap menarik lebih banyak investor asing, maka sekutu terbesar Indonesia seharusnya adalah perusahaan asing. Dan dalam kasus ini yang ingin saya sampaikan adalah perusahaan Amerika Serikat yang sudah lama beroperasi di sini.
Kalau perusahaan asing percaya bahwa Indonesia sungguh ingin berkerja dengan mereka, dan kalau mereka percaya bahwa memang ada peluang disini yang sustainable, mereka akan menempatkan uang mereka pada peluang yang ada.
Mereka akan menjadi pihak yang ikut meyakinkan investor mereka untuk datang ke Indonesia.
Bagaimana dengan isu minyak sawit. Uni Eropa sangat kritis soal ini. Di mana posisi Amerika Serikat dalam hal ini, apakah lebih ke persoalan perdagangan atau persoalan lingkungan?
Terkait dengan minyak sawit tidak ada larangan di pihak Amerika Serikat. Itu adalah salah satu komoditas ekspor terbesar Indonesia ke AS.
Kami memiliki isu lain yakni bio diesel, dan Indonesia memiliki peluang untuk ikut berparitispasi dalam isu bio diesel.
Soal minyak sawit kami tidak mempertimbangan dari sisi lingkungan hidup.
KOMENTAR ANDA