Maka mungkin bukan Bu Susi yang jadi Dirut Garuda --meski mungkin juga bukan Jonan.
Dua-duanya orang hebat. Dua-duanya juga jago dalam mengelola perusahaan.
Jonan terbukti di kereta api. Susi di penerbangan.
Dua-duanya juga hebat dalam menghemat biaya.
Sama-sama keras dalam bersikap.
Siapa pun yang dipilih nanti Garuda akan selamat.
Saya sering naik Susi Air milik mantan Menteri Kelautan dan Perikanan itu.
Saya tahu bagaimana dia sendiri merangkap menjadi pramugari.
Dulu.
Bagaimana pula pilotnya ikut membersihkan pesawat.
Sampai sekarang.
Saya juga tahu sendiri bagaimana Jonan tidur di kereta api ekonomi. Agar pengawasan programnya terkontrol tuntas sampai ke bawah.
Eric Thohir tidak hanya jeli dalam mencari calon. Tapi juga punya jiwa 'sampai hati'.
Di situlah kelebihan Eric --dan di situ itu kelemahan saya. Saya sering punya sikap tidak sampai hati.
Misalnya: saya tidak akan sampai hati menawarkan jabatan Dirut BUMN kepada bekas menteri.
Saya tidak akan sampai hati 'menurunkan' pangkat seperti itu.
Kalau pun sampai hati paling terbatas hanya untuk empat BUMN: Pertamina, PLN, Bank BRI, dan Bank Mandiri.
Tidak akan sampai ke tingkat Garuda Indonesia. Bukan saja skala usahanya jauh di bawah yang empat itu. Juga persoalannya sangat berat.
Kok sudah jadi menteri masih disuruh menanggung beban begitu berat.
Kata kuncinya: pengusaha itu kian besar kian sampai hati.
Kian besar kian confidence.
Kian besar kian menganggap yang lain itu kecil.
Jabatan menteri, di mata seorang pengusaha besar, tidak hebat-hebat amat --setidaknya pasti kalah kaya.
Maka pengusaha besar nan kaya seperti Eric Thohir akan sampai hati saja --menawarkan jabatan Dirut BUMN kepada mantan menteri.
Orientasinya hanya satu: cari jalan sukses. Gengsi, harga diri, malu, dan baper tidak menjadi pertimbangan utama.
KOMENTAR ANDA