Harapan agar Republik Indonesiad dan Republik Korea atau Korea Selatan dapat benar-benar terbang bersama disampaikanm Duta Besar Korsel Lee Sang-deok ketika berbciara pada seminar internasional bertema “Fly Together for Another 50 Years” di Roemah Djan, Jakarta Pusat, Selasa (5/12).
Seminar tersebut diselenggarakan KoreaKini.id dalam rangka memperingati hubungan diplomatik negeri ginseng dengan Indonesia yang telah berlangsung selama 50 tahun lamanya.
“Saya berharap seminar hari ini menghasilkan berbagai saran yang membangun dan kreatif bagi kedua negara untuk dapat “terbang bersama” sebagai kemitraan strategis khusus untuk 50 tahun ke depan secara nyata, tidak sekadar kata-kata saja,” katanya pada akhir sambutannya di hadapan lebih dari 150 peserta yang sebagian besar adalah kalangan mahasiswa.
Dubes Lee mengatakan, selama 50 tahun terakhir, Korea Selatan dan Indonesia telah mengembangkan hubungan kerja sama di berbagai bidang termasuk politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
Hasilnya, pada tahun 2017, Indonesia menjadi satu- satunya negara ASEAN yang menjalin “kemitraan strategis khusus” dengan Republik Korea. Selain itu, Indonesia menjadi negara mitra inti bagi Korea Selatan dalam mengimplementasikan “Strategi Indo-Pasifik” dan “Inisiatif Solidaritas Korea-ASEAN” yang dideklarasikan Presiden Yoon Suk-yeol tahun lalu.
Sementara itu, “Korea Selatan-Indonesia CEPA” yang menjadi dasar kerja sama ekonomi di tingkat yang lebih tinggi antara kedua negara mulai berlaku tahun ini.
Selain itu, pada KTT Korea Selatan-Indonesia di bulan September lalu, kedua negara juga menandatangani nota kesepahaman kerja sama mekanisasi pertanian, E-mobilitas, dan industri halal.
“Dengan demikian, kedua negara memperluas kerja sama di berbagai bidang untuk jangka panjang,” ujar Dubes Lee.
Selain Dubes Lee, seminar internasional yang dibuka Ketua Umum Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Teguh Santosa ini juga dihadiri Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Djan Faridz.
“Jika hubungan kerja sama ini berkembang dengan baik, saya yakin bahwa dalam 50 tahun ke depan, kedua negara akan menjadi mitra secara nyata, tidak sekadar kata-kata saja yang akan membuat iri negara mana pun di dunia,” katanya lagi.
Dubes Lee menyampaikan komitmen Korea Selatan mendorong tujuan nasional Indonesia sehingga dapat menjadi salah satu dari lima perekonomian terbesar dunia pada tahun 2045.
“Dari perspektif ini, saya percaya bahwa pertama-tama kedua negara perlu bersama-sama mencari langkah yang lebih spesifik dan praktis untuk bekerja sama dalam industri berteknologi tinggi masa depan, termasuk kendaraan listrik, baterai, Smart City, energi terbarukan, dan fintech,” kata Dubes Lee yang sebelumnya bertugas sebagai Dubes Korea Selatan di Singapura.
“Selain itu, untuk memperluas cakupan dan memperdalam kerja sama ekonomi kedua negara, menurut saya perlu diciptakan lingkungan yang ramah bisnis supaya perusahaan-perusahaan yang akan menjadi pelaku kerja sama tersebut dapat beroperasi dengan lebih lancar,” sambungnya.
Dari sudut pandang perusahaan-perusahaan Korea Selatan, diharapkan kondisi tersebut dapat dibentuk sesegera mungkin di mana komitmen yang dibuat di awal investasi dapat ditepati dengan baik, dan terbentuk situasi yang dapat diprediksi, maka akan dapat terus berinvestasi tanpa kekhawatiran.
Ketidakstabilan Geopolitik
Dalam sambutannya, Dubes Lee juga menggarisbawahi ketidakstabilan geopolitik dan geoekonomi yang terus berlanjut di arena global, yang dipicu antara lain oleh kompetisi dua raksasa Amerika Serikat dan China, pergeseran rantai pasokan global, perang Rusia-Ukraina, dan krisis Israel-Palestina.
Oleh karena itu, kedua negara harus bekerja sama tidak hanya dalam bidang keamanan ekonomi, tetapi juga demi stabilitas dan perdamaian di kawasan.
“Secara khusus, kami berharap dapat berhasil menyelesaikan proyek pengembangan bersama jet tempur KF/21-IF/X, yang merupakan simbol kerja sama keamanan antara Korea dan Indonesia, serta berkontribusi dalam memperkuat postur pertahanan negara Indonesia sekaligus memperkuat kerja sama strategis demi keamanan kawasan,” kata Dubes Lee.
Selain itu, dengan berorientasi untuk menjadi “Negara Poros Dunia” atau “Global Pivotal State”, Korea Selatan berupaya memperkuat kemitraan dengan Indonesia untuk perdamaian dan stabilitas di Semenanjung Korea, Asia Timur, dan kawasan Indo-Pasifik.
“Pada “Forum Kerja Sama dan Seminar Akademik Peringatan 50 Tahun Korea Selatan-Indonesia” yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Republik Korea pada hari Kamis 30 November, kerja sama keamanan regional dan kerja sama di bidang ekonomi termasuk energi hijau serta energi terbarukan ditekankan secara khusus sebagai bidang kerja sama antara kedua negara yang akan diperluas di masa depan,” demikian Dubes Lee.
Peluang di Masa Depan
Anggota Wantimpres Djan faridz dalam sambutannya mengatakan bahwa persahabatan Indonesia dan Korea Selatan yang sudah berjalan selama 50 tahun harus semakin berkembang di berbagai bidang, termasuk sosial budaya, ekonomi, dan politik
“Geliat ekonomi alternatif, termasuk ekonomi hijau dan ekonomi syariah merupakan peluang yang bisa dikembangkan untuk kerja sama Indonesia dan Korea Selatan di masa depan,” ujar Djan Faridz yang juga Ketua Dewan Pembina organisasi perusahaan pers JMSI.
Mantan anggota DPD RI dan Menteri Perumahan ini berharap persahabatan yang makin erat antara kedua negara akan membuat tidak hanya kawasan Indo Pasifik yang aman dan sejahtera tapi juga masing-masing negara menjadi lebih kuat dari segi politik sosial budaya ekonomi.
KOMENTAR ANDA