Bukan Sekadar K-pop
Sementara itu Ketua Umum JMSI Teguh Santosa ketika membuka seminar internasional ini mengatakan bahwa Korea Selatan bukan sekadar K-pop, K-drama, K-food dan berbagai komoditas Korean Wave lainnya.
Teguh yang juga dosen hubungan internasional Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, menggarisbawahi pondasi kuat pembangunan ekonomi berkelanjutan di Korea Selatan merupakan buah dari perkembangan teknologi di segala bidang .
“Bila kita melihat kembali catatan sejarah, tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa Korea Selatan, seperti juga Indonesia, adalah bangsa pejuang yang memiliki tekad baja untuk bangkit, dan menjadi pemenang,” ujar Teguh lagi
Karena itu pula, sambungnya, kedua bangsa besar ini perlu dan harus terus menjalin kerjasama, memadukan semua potensi yang ada, green economy, blue economy, dan ekonomi alternatif lainnya, termasuk ekonomi syariah. “Juga ikut aktif menjaga ketertiban dan perdamaian dunia,” demikian Teguh.
Seminar dibagi ke dalam dua topik. Pertama “Nurturing Alternative Economy: Green Economy and Syariah Economy” dengan pembicara CEO KB Bukopin Lee Wu-yeol dan anggota Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), Amy Atmanto, serta dipandu Pemimpin Umum BUMN Track Ahmed Kurnia.
Adapun sesi kedua bertema “Guarding the Free and Open Indo Pacific” dengan pembicara Curie Maharani Savitri dari Bina Nusantara University dan Pimred Jakarta Post Taufiqurrahman dan dimoderatori editor dari Kantor Berita Politik RMOL Sarah Gunawan.
KOMENTAR ANDA