post image
Pesawat Singapore Airlines yang mengalami turbulensi hebat turbulensi hebat dalam perjalanan dari London ke Singapura, Selasa (21/5). Pesawat mendarat darurat di Bandara Suvarnabhumi Thailand./The Straits Times
KOMENTAR

seorang penumpang tewas dan puluhan lainnya luka-luka ketika penerbangan SIA menuju Singapura dari Bandara Heathrow London mengalami turbulensi parah.

Dalam postingan Facebook pada tanggal 21 Mei, Singapore Airlines (SIA) mengatakan pesawat Boeing 777-300ER mengalami “turbulensi ekstrim yang tiba-tiba” di Cekungan Irrawaddy sekitar 10 jam setelah berangkat dari London.

Demikian dilaporkan The Strait Times, Selasa (21/5).

Pilot menyatakan keadaan darurat medis dan mendarat di Bandara Suvarnabhumi Thailand pada pukul 15.45 (16.45 waktu Singapura).

Maskapai ini mengatakan 18 penumpang telah dirawat di rumah sakit, dan 12 penumpang lainnya menerima perawatan atas cedera mereka di rumah sakit. Penumpang dan awak pesawat lainnya diperiksa dan dirawat di bandara, tambahnya.

Sebanyak 211 penumpang pada Penerbangan SQ321 termasuk 41 warga negara Singapura, dan 170 sisanya berasal dari negara-negara seperti Australia, Malaysia, Selandia Baru, dan Inggris. Ada 18 awak kapal.

Mr Kittipong Kittikachorn, manajer umum Bandara Suvarnabhumi di Bangkok, mengatakan pada konferensi pers bahwa seorang penumpang Inggris berusia 73 tahun meninggal dalam penerbangan tersebut, kemungkinan karena serangan jantung. Dia mengatakan istri pria tersebut dibawa ke rumah sakit, namun tidak merinci kondisinya.

Penumpang yang tewas kemudian diidentifikasi sebagai Geoffrey Kitchen.

Kittipong menambahkan, puluhan penumpang terluka, tujuh di antaranya luka parah. Sembilan anggota awak juga dibawa ke rumah sakit, katanya.

SIA telah mengirimkan 50 staf ke Bangkok untuk membantu penumpang yang terkena dampak, katanya. Harian berbahasa Mandarin Lianhe Zaobao melaporkan bahwa penerbangan rombongan karyawan SIA ini lepas landas sekitar pukul 20.30.

Dalam postingannya, SIA menyampaikan belasungkawa sedalam-dalamnya kepada keluarga penumpang yang meninggal, dan mengatakan: “Kami meminta maaf sebesar-besarnya atas pengalaman traumatis yang dialami penumpang dan awak pesawat kami dalam penerbangan ini.”

Kittipong mengatakan pesawat tersebut jatuh ke dalam kantong udara saat awak kabin sedang menyajikan sarapan sebelum mengalami turbulensi, sehingga pilot meminta pendaratan darurat di Bangkok.

Dalam postingan blognya, FlightRadar24 mengatakan ada badai petir di wilayah tersebut, beberapa diantaranya parah, ketika SQ321 mengalami turbulensi pada pukul 14.19 waktu setempat.

Data menunjukkan bahwa penerbangan tersebut mengalami perubahan kecepatan vertikal yang cepat, konsisten dengan peristiwa turbulensi yang tiba-tiba, dan perubahan tak terduga tersebut berlangsung selama hampir satu menit, katanya.

Pelacak penerbangan langsung mengatakan pesawat tersebut mungkin terus mengalami turbulensi selama penurunan awal menuju Bangkok dari ketinggian 37.000 kaki (11.280 m) hingga 31.000 kaki, namun ini adalah “penurunan standar ke tingkat penerbangan baru”.

Penumpang di dalam pesawat mengatakan mereka yang tidak mengenakan sabuk pengaman terlempar ke atas, dan beberapa diantaranya terbentur kabin bagasi di atas mereka.

Gambar dan video yang beredar online menunjukkan bercak darah di lantai kabin, dengan puing-puing – termasuk makanan, peralatan makan sekali pakai, serta botol anggur dan air – berserakan.

Beberapa panel langit-langit rusak, pipa bagian dalam terbuka dan menjuntai.

Pelajar Malaysia Dzafran Azmir, 28, mengatakan kepada Reuters setelah kejadian tersebut bahwa dia mulai menguatkan diri ketika pesawat mulai miring dan bergetar.

“Tiba-tiba terjadi penurunan yang sangat drastis, sehingga semua orang yang duduk dan tidak mengenakan sabuk pengaman langsung terlempar ke langit-langit. Beberapa orang kepalanya terbentur kabin bagasi di atas dan penyok, mereka menabrak tempat lampu dan masker berada, dan langsung menerobos,” katanya.

“Para kru dan orang-orang di dalam toilet paling terluka karena kami menemukan orang-orang tergeletak di tanah, tidak bisa bangun. Banyak yang cedera tulang belakang dan kepala,” imbuhnya.

Andrew Davies, seorang penumpang dalam penerbangan tersebut, mengatakan dalam sebuah postingan di platform media sosial X bahwa pria yang meninggal itu sedang terbang bersama istrinya.

Ia menambahkan, banyak penumpang lainnya yang mengalami luka-luka, ada yang mengalami luka robek di kepala dan telinga mengalami pendarahan, serta barang-barangnya berserakan di seluruh pesawat.

Para pemimpin Singapura melalui platform media sosial Facebook menyampaikan belasungkawa dan menjanjikan dukungan mereka.


Kini Garuda Indonesia Dipimpin Wamildan Tsani

Sebelumnya

Prediksi Airbus: Asia-Pasifik Butuh 19.500 Pesawat Baru Tahun 2043

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel AviaNews