Turbulensi hebat yang dialami Singapore Airlines yang terbang dari London ke Singapura, hari Selasa lalu (21/5) menewaskan seorang penumpang dan menciderai puluhan lainnya. Disebutkan korban tewas, seorang pria berusia 73 tahun, karena serangan jantung. Pesawat mendarat darurat di Bangkok.
Turbulensi yang dialami Singapore Airlines itu disebut sebagai turbulensi udara jernih (CAT) yang sangat sulit diprediksi.
Seberapa bahaya turbulensi udara, apa penyebabnya, dan apa yang perlu diketahui atau dilakukan untuk mengatasinya? Berikut catatan yang dikutip dari Simple Flying.
1. Apakah turbulensi udara berbahaya?
Turbulensi udara menyebabkan cedera serius pada sekitar 12 orang per tahun di maskapai penerbangan yang berbasis di AS.
Dalam film fiksi ilmiah tahun 2004, Day After Tomorrow, karakter Brian Parks berkomentar saat terbang melewati turbulensi, "Anda tahu, kemungkinan sebuah pesawat jatuh dari turbulensi udara adalah satu berbanding sejuta—atau satu miliar?"
Memang benar bahwa turbulensi tidak mungkin menghancurkan sebuah pesawat, karena pesawat dirancang untuk menghadapi dampak terburuk yang dapat ditimbulkan oleh turbulensi (walaupun hal ini tidak baik untuk pesawat).
Yang tidak disebutkan oleh Brain Parks adalah bahwa bahaya turbulensi udara tidak selalu disebabkan oleh jatuhnya pesawat, melainkan penumpang yang terlempar ke dalam kabin—terutama mereka yang tidak mengenakan sabuk pengaman (seperti yang terjadi pada penerbangan Singapore Airlines).
Menurut BBC, antara tahun 2009 dan 2022, Dewan Keselamatan Transportasi Nasional AS melaporkan 163 "cedera turbulensi serius" pada maskapai penerbangan yang berbasis di AS.
2. Apa yang dimaksud dengan turbulensi udara
Turbulensi udara adalah gangguan di udara yang sering disebabkan oleh pegunungan, aliran jet, dan badai.
Menurut National Geographic, turbulensi udara adalah "pusaran udara yang kacau dan berubah-ubah, yang diubah dari kondisi tenangnya oleh berbagai kekuatan." Untuk pesawat terbang, penyebab paling umum dari turbulensi udara berasal dari pegunungan, aliran jet, dan badai. Turbulensi udara dapat terjadi di mana saja dan tidak mungkin diprediksi (walaupun sebagian besar dapat diperkirakan).
Ketika massa udara bergerak naik melawan pegunungan, mereka terdorong ke atas, menciptakan “gelombang gunung” udara. Ini dapat menyebarkan osilasi yang luas namun lembut di atmosfer. Namun arus tersebut juga dapat terpecah menjadi banyak arus kasar yang menyebabkan pesawat mengalami turbulensi.
3. Enam kategori turbulensi
Penerbangan Singapore Airlines mengalami turbulensi "parah" - turbulensi terburuk kedua.
Enam kategori: light chop, light turbulence, moderate chop, moderate turbulence, severe, extreme
Umum: light chop, light turbulence, moderate chop, moderate turbulence
Jarang: severe, extreme
Menurut ABC News, Otoritas Keselamatan Penerbangan Sipil Australia (CASA) mencantumkan enam kategori turbulensi: turbulensi ringan, turbulensi ringan, turbulensi sedang, turbulensi sedang, parah, dan ekstrem. Tiga kategori pertama terlalu ringan untuk menyebabkan banyak gangguan pada pesawat atau penumpang, sedangkan turbulensi sedang mengakibatkan perubahan ketinggian dan/atau sikap pesawat. Penumpang pasti merasakan ketegangan pada sabuk pengaman.
Turbulensi yang parah dan ekstrem jarang terjadi. Penerbangan Singapore Airlines mengalami turbulensi parah, yang menyebabkan perubahan mendadak pada ketinggian dan/atau sikap pesawat. Selama turbulensi parah, pesawat bisa lepas kendali untuk sementara sementara penumpangnya terlempar dengan keras. Dalam turbulensi ekstrem, pengendalian pesawat hampir tidak mungkin dilakukan, dan pesawat dapat mengalami kerusakan struktural.
Pandangan komprehensif tentang turbulensi dan cara pilot memprediksi turbulensi untuk melindungi manusia dan pesawat.
4. Mengatasi turbulensi
Memesan kursi di bagian depan dan tengah pesawat serta tetap mengenakan sabuk pengaman adalah dua hal yang membantu.
Kursi di depan: Turbulensi di bagian depan tidak terlalu terasa dibandingkan yang jarang terjadi di pesawat
KOMENTAR ANDA